KaltimExpose.com –Dilansir dari Everyday Health, sebuah tinjauan ilmiah terbaru mengungkap bahwa dari 64 jenis suplemen dan produk herbal yang diklaim dapat membantu mengatasi depresi, hanya empat di antaranya yang memiliki bukti kuat efektivitas: St. John’s wort, saffron, vitamin D, dan probiotik.
Penelitian ini dilakukan oleh tim ilmuwan yang dipimpin oleh Dr. Rachael Frost, dosen senior di Liverpool John Moores University dan praktisi herbal Barat. Menurut Dr. Frost, studi sebelumnya cenderung meneliti satu produk saja, sehingga sulit melihat gambaran besar mengenai efektivitas berbagai suplemen. Tinjauan ini bertujuan memberikan pemahaman menyeluruh mengenai suplemen yang layak dipertimbangkan dan yang tidak.
Dr. Alex Dimitriu, psikiater dan pakar kesehatan tidur dari California, menekankan bahwa riset ini sangat relevan karena banyak orang mencoba suplemen terlebih dahulu sebelum mencari bantuan profesional.
4 Suplemen dengan Bukti Terkuat
Dalam tinjauan terhadap 209 uji klinis pada 64 suplemen, hanya empat yang memiliki lebih dari 10 studi berkualitas tinggi:
- St. John’s wort: Ditemukan dalam 37 studi, suplemen ini memiliki hasil yang setara atau bahkan lebih baik dari antidepresan resep dalam beberapa kasus.
- Saffron: Dari 18 studi, saffron menunjukkan efektivitas serupa dengan obat resep dan lebih baik dari plasebo.
- Probiotik: Diteliti dalam 16 uji coba, probiotik terbukti meningkatkan suasana hati dibanding plasebo.
- Vitamin D: Diuji dalam 14 studi, vitamin D membantu dibandingkan plasebo, meski tidak seefektif obat antidepresan.
Suplemen Lain dengan Potensi Terbatas
Meski bukti belum cukup kuat, beberapa suplemen menunjukkan potensi dalam meredakan gejala depresi, seperti:
- Lavender
- Lemon balm
- Chamomile
- Tryptophan
- Rhodiola
- Zinc
- Asam folat
Sementara itu, hasil yang beragam ditemukan pada melatonin, magnesium, kayu manis, vitamin C, dan lainnya.
Dr. Frost menegaskan perlunya lebih banyak studi klinis pada suplemen yang menunjukkan potensi tersebut. Ia mengingatkan bahwa setiap produk harus dinilai berdasarkan bukti masing-masing, bukan secara generalisasi.
Batasan Studi
Studi ini tidak mengevaluasi kualitas setiap uji klinis, melainkan hanya jumlahnya. Beberapa studi mungkin berskala kecil dan bersifat percontohan, sehingga hasilnya belum tentu dapat digeneralisasikan.
Selain itu, variasi dosis dan formulasi suplemen yang digunakan dalam tiap studi membuat hasilnya sulit untuk ditarik secara spesifik untuk individu. Kebanyakan studi juga tidak melaporkan efek samping secara rinci, yang seharusnya diperhatikan untuk menilai keamanan jangka panjang.
Apakah Suplemen untuk Depresi Aman?
Secara umum, suplemen dianggap aman. Namun, beberapa produk, seperti St. John’s wort, dapat berinteraksi dengan obat antidepresan dan mempengaruhi kadar serotonin, pola tidur, serta nafsu makan.
Dr. Robert Piccinini dari American Osteopathic Association menyarankan agar pengguna tidak mencoba semua suplemen sekaligus. “Lebih bijak mencoba satu per satu untuk melihat dampaknya,” ujarnya.
Karena suplemen tidak diuji secara ketat seperti obat oleh FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan AS), konsumen harus lebih waspada. Bahkan, FDA pernah mengirimkan surat peringatan kepada perusahaan yang mengklaim produknya dapat menyembuhkan depresi tanpa bukti ilmiah.
Suplemen Bukan Pengganti Pengobatan Mental
Dr. Dimitriu dan Dr. Piccinini sepakat bahwa suplemen tidak boleh menggantikan terapi psikologis atau pengobatan profesional. Depresi adalah kondisi serius yang bisa memengaruhi cara berpikir seseorang, dan sebaiknya ditangani dengan bantuan tenaga medis.
“Suplemen dapat membantu, tetapi tidak bisa menggantikan peran terapi atau obat resep,” ujar Dr. Dimitriu.
Artikel ini telah tayang di everydayhealth.com.
Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel WhatsApp Kaltim Expose Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.