5 Indikator Samarinda Membaik Tangani Banjir Meski Diterjang Cuaca Ekstrem

TINGKATKAN KAPASITAS: Proyek peningkatan drainase di Jalan Ir H Juanda, Samarinda Ulu, menjadi salah satu upaya mengurangi genangan banjir. (FOTO DENNY SAPUTRA/KaltimPost.id)

KaltimExpose.com, Samarinda –Meski sempat dikepung banjir cukup luas pada Mei lalu, kondisi pengendalian banjir di Kota Samarinda dinilai makin membaik. Pengamat tata kota Farid Nurrahman menyebut, sejumlah indikator teknis menunjukkan bahwa penanganan banjir Samarinda mulai menunjukkan hasil positif, bahkan di tengah tantangan cuaca ekstrem yang makin tidak terduga.

“Kalau dibandingkan dengan banjir-banjir sebelumnya, sekarang ini justru sudah terjadi perbaikan. Hujan tempo hari itu turun hampir 12 jam tanpa henti, dan intensitasnya sangat tinggi, tapi kota ini tidak lumpuh total,” ungkap Farid, Senin (2/6), dikutip dari Kaltim Post.

Farid, yang juga menjabat sebagai Direktur Planosentris Nusantara, tidak menampik masih adanya kawasan yang tergenang, bahkan di area yang sebelumnya belum pernah terdampak. Namun, menurutnya hal itu bukan bukti kegagalan, melainkan dampak nyata dari curah hujan ekstrem yang kini jadi tantangan global.

“Sekarang curah hujan tinggi bukan hal biasa. Ini bagian dari fenomena cuaca ekstrem yang juga diprediksi akan memengaruhi Samarinda dan Balikpapan akibat perubahan iklim global,” jelasnya.

Farid kemudian menguraikan 5 indikator yang menurutnya menjadi bukti bahwa penanganan banjir di Samarinda sudah membaik:

  1. Durasi Genangan Lebih Singkat
    Jika dulu genangan akibat hujan deras bisa berlangsung berhari-hari, kini air surut dalam waktu kurang dari 24 jam.
  2. Efektivitas Sistem Drainase Baru
    Proyek drainase dan folder yang dikerjakan Pemkot Samarinda dalam beberapa tahun terakhir mulai terasa dampaknya secara langsung.
  3. Respons Kota yang Tidak Lumpuh
    Meski diguyur hujan selama hampir 12 jam, aktivitas kota masih bisa berjalan, tidak seperti dulu yang lumpuh total.
  4. Kesadaran Iklim dan Perubahan Pola Banjir
    Banjir kini tak lagi hanya soal teknis, tapi berkaitan erat dengan iklim. Ini mencerminkan tantangan baru yang mulai diakui dalam perencanaan kota.
  5. Kesiapsiagaan dan Mitigasi Mulai Jadi Perhatian
    Farid menekankan pentingnya sistem peringatan dini untuk menghadapi badai dan curah hujan ekstrem.

“Dulu kalau hujan deras seperti itu, bisa lumpuh sampai seminggu. Sekarang maksimal 24 jam, besoknya sudah kering. Itu dampak langsung dari pembangunan sistem drainase yang lebih baik,” lanjut Farid.

Meski demikian, ia tetap mengingatkan bahwa pekerjaan ini bukan sprint, melainkan maraton panjang.

“Enggak bisa selesai dalam setahun dua tahun. Bahkan kota besar dunia pun bisa kebanjiran kalau cuacanya ekstrem seperti ini,” tegasnya.

Tak hanya infrastruktur, peran masyarakat juga penting. Edukasi soal mitigasi, menurut Farid, perlu ditingkatkan. “Agar warga bisa lebih siap saat cuaca buruk datang,” ujarnya.

Sementara itu, Wali Kota Samarinda Andi Harun turut angkat bicara soal banjir yang menerjang kota beberapa waktu lalu. Di sela kegiatan membersihkan sungai menggunakan perahu ketinting, Sabtu (31/5), ia menegaskan bahwa banjir bukan hanya masalah lokal, melainkan kiriman dari daerah sekitar.

“Samarinda bukan satu-satunya yang banjir. Kukar, Mahulu, Balikpapan, Bontang, hingga Berau juga terdampak. Tapi kenapa hanya Samarinda yang ramai disorot?” ungkap Andi Harun, dikutip dari Kaltim Post.

Ia juga mengkritik lemahnya koordinasi antarwilayah dalam menangani banjir. Menurutnya, penanganan banjir seharusnya dilakukan secara regional, bukan hanya sebatas wilayah administratif.

“Sudah waktunya kita duduk bersama lintas kabupaten/kota. Jangan banjir ini dibiarkan jadi urusan auto-pilot masing-masing daerah,” tegasnya.

 

Artikel ini telah tayang di KaltimPost.id.


Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel WhatsApp Kaltim Expose Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Iklan