Wall Street Ambruk! Ketegangan Israel-Iran dan Data Ritel AS Picu Aksi Jual

KaltimExpose.com – Wall Street ambruk pada perdagangan Selasa (17/6/2025) waktu setempat, dihantam oleh kombinasi dua sentimen negatif utama: memanasnya konflik Israel-Iran dan penurunan tajam data penjualan ritel AS. Kekhawatiran investor pun meningkat, mendorong aksi jual di pasar ekuitas Amerika Serikat.
Mengutip laporan Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 299,29 poin atau 0,7% ke posisi 42.215,80. Indeks S&P 500 turun 0,84% menjadi 5.982,72, sementara Nasdaq Composite melemah 0,91% ke level 19.521,09.
Trump Panaskan Situasi, Pasar Gelisah
Gejolak geopolitik kembali mencuat setelah Presiden AS Donald Trump melontarkan pernyataan keras terhadap pemimpin Iran melalui akun Truth Social miliknya. Trump bahkan secara terang-terangan mengancam:
“Kami tahu persis di mana pemimpin tertinggi itu bersembunyi. Ia adalah target yang mudah, tapi kami tidak akan menyerangnya untuk saat ini. Namun kami tidak akan membiarkan rudal diluncurkan ke warga sipil atau tentara Amerika. Kesabaran kami mulai habis,” tulis Trump.
Situasi kian memanas setelah Trump dikabarkan menggelar pertemuan darurat dengan tim keamanan nasional di Gedung Putih. Sementara itu, Pentagon mulai mengerahkan kekuatan militer tambahan ke kawasan Timur Tengah sebagai bentuk kesiagaan.
Sebelumnya, Trump juga meninggalkan KTT G7 di Kanada lebih awal demi menangani krisis yang semakin membesar ini, meski belum tercapai kesepakatan perdagangan dengan sejumlah negara anggota. Meskipun Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut Trump sempat menawarkan gencatan senjata, sang presiden sendiri mengatakan:
“Bukan soal gencatan senjata, ini jauh lebih besar dari itu.”
Menurut analis dari Deutsche Bank, Jim Reid, ketegangan ini memunculkan ketidakpastian pasar, sekaligus membuka peluang terjadinya negosiasi di balik layar yang belum terungkap ke publik.
Harga Minyak Melonjak Tajam
Efek domino dari konflik ini turut mendorong harga minyak global naik signifikan. Harga West Texas Intermediate (WTI) dan Brent kompak menguat lebih dari 4%, menghapus koreksi sebelumnya yang sempat terjadi karena spekulasi Iran akan menghentikan konflik.
Di luar isu geopolitik, pasar juga terpukul oleh rilis data penjualan ritel AS yang mengecewakan. Pada Mei 2025, penjualan ritel mengalami kontraksi sebesar 0,9%, jauh lebih dalam dibanding ekspektasi konsensus yang memperkirakan penurunan 0,6%.
“Ekonomi mulai melambat. Konsumen tampaknya khawatir terhadap prospek ke depan dan lebih memilih menabung daripada membelanjakan uang di pusat perbelanjaan,” ungkap Chris Rupkey, Kepala Ekonom di Fwdbonds.
Data ini muncul menjelang pertemuan penting Federal Reserve pekan ini. Meski pasar memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga, kondisi ritel yang lesu membuka peluang sinyal kebijakan moneter lebih longgar.
“Saya rasa kita bisa berharap munculnya nada dovish dari The Fed yang mengakui pelemahan ekonomi. Pertemuan bulan Juli bisa menjadi ‘live meeting’, meskipun pasar belum memprediksikannya,” ujar Ross Mayfield, analis investasi di Baird.
Berdasarkan CME Group FedWatch Tool, pelaku pasar masih memproyeksikan dua kali pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada tahun ini, dimulai dari pertemuan bulan September.
Artikel ini telah tayang di investor.id.
Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel WhatsApp Kaltim Expose Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.