KaltimExpose.com, Jakarta –ÂPresiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), kembali membuat publik penasaran setelah menyatakan tengah menghitung peluang untuk maju sebagai Ketua Umum PSI. Pernyataan ini ia sampaikan dengan nada santai, tapi jelas ada pertimbangan serius di baliknya. Fokus kata kunci seperti Jokowi Ketua Umum PSI, peluang Jokowi, dan Jokowisme menjadi topik hangat dalam perbincangan politik nasional.

“Iya, masih, masih dalam kalkulasi. Jangan sampai, kalau saya mendaftar, nanti saya kalah,” ujar Jokowi, dikutip dari detikJateng, Rabu (14/5/2025).

Meskipun belum mendaftarkan diri secara resmi, Jokowi menyebut bahwa proses pemilihan Ketum PSI masih cukup panjang. “Belum (mendaftar) kan masih panjang. Sampai Juli. Seingat saya, seingat saya masih Juni atau Juli,” lanjutnya.

PSI dan Jokowi: Hubungan Saling Menguntungkan

Menurut Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, peluang Jokowi maju sebagai Ketum PSI cukup besar. Hal ini tak lepas dari hubungan saling membutuhkan antara Jokowi dan PSI. Di satu sisi, Jokowi memerlukan wadah politik pasca-pemerintahan, sebagaimana Megawati di PDIP atau SBY di Partai Demokrat. Di sisi lain, PSI butuh tokoh sentral yang bisa mendongkrak elektabilitas partai.

“Jadi ini berkelindan ya, satu butuh kendaraan yang satu butuh figur. Sehingga peluang Pak Jokowi maju sebagai Ketum PSI itu besar, sehingga ada kata-kata mengkalkulasi. Jangan sampe ketika dia maju ada kompetitor yang punya kekuatan sebanding punya potensi mengalahkan dia, jangan sampe malu-maluin lah,” kata Agung kepada wartawan, Sabtu (17/5/2025), dikutip dari detik.com.

Kecil Kemungkinan Ada Lawan Tangguh

Agung menegaskan bahwa hampir tidak ada sosok di internal PSI yang mampu menandingi Jokowi dalam pemilihan Ketum. Apalagi sejak awal, PSI sudah dikenal sebagai partai yang mengusung semangat Jokowisme.

“Karena PSI sejak awal sudah melabel dirinya sebagai partainya Jokowi atau punya mazhab Jokowisme, sehingga ketika dia maju secara otomatis siapapun lawannya ya mikir ulang ataupun kalau mau maju ya ‘disetop’, ditunda dulu karena Jokowi maju, termasuk Kaesang,” tambah Agung.

Jokowi Butuh Kendaraan Politik untuk Tiga Hal

Lebih lanjut, Agung menjabarkan tiga alasan utama mengapa Jokowi membutuhkan partai politik setelah lengser dari jabatan presiden:

  • Menjaga warisan dua periode pemerintahannya agar tetap hidup dan tidak dipelintir.
  • Mengamankan pengaruh politiknya di tengah-tengah elite maupun masyarakat umum.
  • Menjadi benteng pertahanan pribadi dan keluarga, di tengah serangan politik seperti isu ijazah, ancaman pemakzulan, dan tekanan terhadap anak-anaknya.

PSI Bisa Jadi Pelindung dan Pendorong Baru

Agung juga meyakini bahwa bila Jokowi resmi menjadi Ketua Umum PSI, hal itu akan memberikan dampak besar. Bukan hanya sebagai tameng politik, tapi juga sebagai magnet elektoral bagi PSI yang selama ini masih berjuang menembus parlemen.

“Jadi kemungkinan untuk orang tertarik masuk (PSI) juga semakin besar, tinggal bagaimana magnet figur Jokowi ini dikemas, diorkestrasi secara optimal. Sekarang ini punya momen yang pas dan bisa menepis anggapan banyak pihak bahwa Pak Jokowi ini memang punya magnet figur yang kuat,” pungkasnya.

 

Artikel ini telah tayang di detik.com.


Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel WhatsApp Kaltim Expose Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Iklan