Utang Proyek Kereta Cepat Membengkak, PT KAI dan Danantara Cari Jalan Keluar

KaltimExpose.com, Jakarta –Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang digadang-gadang sebagai simbol kemajuan transportasi era Presiden Joko Widodo kini menghadapi tantangan besar. Beban utang proyek tersebut dinilai semakin menekan kinerja keuangan PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaku pemimpin konsorsium pengelola proyek strategis nasional ini.
Dilansir dari CNBC Indonesia, PT KAI memimpin konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang menjadi pemegang saham mayoritas di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), operator resmi kereta cepat “Whoosh”. Direktur Utama PT KAI Bobby Rasyidin bahkan sempat mengakui bahwa proyek ini menjadi “bom waktu” bagi keuangan perusahaan.
“Kami dalami juga masalah KCIC, ini bom waktu,” tegas Bobby saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, seraya memastikan pihaknya akan berkoordinasi dengan BPI Danantara untuk menyelesaikan utang tersebut.
Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Darmadi Durianto, menilai peta jalan restrukturisasi utang harus segera disusun. Ia mengungkapkan, hanya dalam enam bulan, beban keuangan KAI sudah mencapai Rp 1,2 triliun, dan diperkirakan bisa menembus Rp 6 triliun pada 2026 jika tidak segera diatasi.
“Dari beban KCIC sendiri sudah Rp 950 miliar dikalikan dua. Lalu kini sudah Rp 4 triliun lebih. Tahun 2024 itu Rp 3,1 triliun,” ungkap Darmadi.
Meski tekanan utang menumpuk, pemerintah menegaskan APBN tidak akan ikut terseret dalam polemik ini. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Suminto, memastikan proyek kereta cepat sama sekali tidak melibatkan dana negara.
“Jadi Kereta Cepat Jakarta-Bandung tidak ada utang pemerintah di situ,” ujarnya di Bogor, Jumat (10/10/2025).
Menurut Suminto, proyek yang dimulai pada 2016 ini sepenuhnya menggunakan skema business to business (B2B) antara konsorsium Indonesia dan China, dengan PT KAI sebagai pemimpin konsorsium.
Berdasarkan laporan keuangan PT KAI tahun 2024 yang diaudit, PSBI tercatat merugi hingga Rp 4,19 triliun. Sementara itu, pada semester pertama 2025, PSBI kembali menanggung kerugian Rp 1,62 triliun. Kondisi ini mendorong BPI Danantara—selaku holding BUMN—untuk mencari solusi penyelamatan finansial KAI.
Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria, mengungkapkan sejumlah opsi tengah dipertimbangkan, termasuk suntikan modal dan restrukturisasi ekuitas. Menurutnya, secara operasional KAI masih mencatat EBITDA positif, tetapi ekuitas perusahaan terlalu kecil dibandingkan pinjaman besar untuk proyek Whoosh.
Opsi lain yang tengah dibahas ialah menjadikan sebagian infrastruktur KCIC sebagai aset milik negara, mirip dengan model Badan Layanan Umum (BLU), agar keberlanjutan proyek tetap terjamin.
“Intinya, kami ingin KCIC berjalan dengan baik karena dimanfaatkan masyarakat luas. Di sisi lain, kami juga ingin kualitas layanan kereta api nasional terus meningkat,” ujar Dony.
Pandangan serupa juga disampaikan oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, yang merupakan anggota dewan pengawas Danantara. Seusai rapat dewan pengawasan, Purbaya menegaskan bahwa pemerintah tidak memiliki kewajiban menanggung utang proyek Whoosh.
“Posisi kami jelas, dalam perjanjian antara Indonesia dan China tidak ada klausul yang mewajibkan pemerintah membayar,” tegasnya di Wisma Danantara, Jakarta, Rabu (15/10/2025).
Purbaya menilai, selama struktur pembayaran jelas dan transparan, China Development Bank (CDB) selaku pemberi pinjaman tidak akan mempermasalahkan siapa yang melakukan pembayaran. Ia juga menyebut Danantara memiliki kapasitas cukup untuk menutup beban bunga utang sekitar Rp 2 triliun per tahun, mengingat BUMN holding tersebut menerima dividen hingga Rp 90 triliun per tahun.
Ia sempat menyoroti keputusan Danantara yang menempatkan dana dividen di obligasi pemerintah, dan meminta agar ke depan lebih banyak dana dialokasikan untuk proyek produktif yang berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Purbaya juga menegaskan, pihaknya akan menunggu hasil studi dan arahan Presiden sebelum mengambil keputusan akhir soal skema pembayaran utang proyek Whoosh.
“Kita lihat hasil studinya seperti apa dan tunggu arahan Presiden,” pungkasnya.
Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel WhatsApp Kaltim Expose Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.