KaltimExpose.com –  Penelitian terbaru yang dipublikasikan pada 2 Juni 2025 di BMJ Nutrition, Prevention & Health mengungkap bahwa diet kalori rendah dapat meningkatkan risiko depresi, khususnya bagi individu dengan kelebihan berat badan. Studi ini menganalisis data dari lebih dari 28.000 responden dalam survei kesehatan nasional Amerika Serikat, NHANES, yang dilakukan antara tahun 2007 hingga 2018.

Para peneliti menemukan bahwa peserta yang menjalani diet kalori rendah memiliki skor PHQ-9—alat ukur depresi—lebih tinggi dibanding mereka yang tidak diet. Skor rata-rata mereka 0,29 poin lebih tinggi, dan bahkan mencapai 0,46 poin pada kelompok dengan kelebihan berat badan. Sementara mereka yang menjalani diet dengan pembatasan nutrisi mencatat peningkatan lebih signifikan, yakni 0,61 poin.

Meski bersifat observasional dan tidak menetapkan hubungan sebab-akibat langsung, temuan ini memperkuat peringatan tentang dampak emosional dari pola makan yang terlalu membatasi asupan energi dan gizi.

Mengapa Diet Ketat Bisa Menimbulkan Gangguan Mental?

Menurut Dr. Ritu Goel, psikiater integratif bersertifikasi, membatasi makanan secara ekstrem sering kali menimbulkan pandangan hitam-putih tentang makanan: “baik” dan “buruk.” Hal ini, menurutnya, bisa membuat seseorang secara tidak sadar mengaitkan harga diri mereka dengan angka di timbangan.

“Their identity becomes tied to weight, and the number on the scale begins to shape their sense of self-worth,” ujar Goel kepada Healthline.

Senada dengan Goel, terapis spesialis gangguan makan, Rachel Goldberg, mengungkap bahwa pembatasan makanan kerap berujung pada perasaan tidak terkendali dan gangguan emosional.

“But inevitably, this leads to eating more than planned and feeling out of control. On a physiological level, calorie restriction lowers a person’s bandwidth to handle stress,” katanya.

Diet yang terlalu ketat juga bisa menyebabkan defisiensi gizi penting seperti protein, zat besi, dan vitamin D, yang semuanya berperan penting dalam kesehatan otak dan kestabilan suasana hati. Menurut Goel, dalam usaha memperbaiki satu aspek kesehatan, banyak orang tanpa sadar merusak aspek lainnya—khususnya kesehatan mental.

Goldberg menambahkan bahwa banyak kliennya kehilangan kemampuan untuk merasakan kebahagiaan terhadap hal-hal yang dulunya menyenangkan. “Restriction isn’t a shortcut. It’s a trap,” ujarnya menegaskan.

Secara umum, perempuan membutuhkan minimal 1.600 kalori per hari untuk mempertahankan berat badan, sementara laki-laki rata-rata membutuhkan sekitar 2.000 kalori. Jumlah ini dapat bervariasi tergantung usia, aktivitas fisik, dan kondisi kesehatan masing-masing individu.

Cara Sehat Menjaga Pola Makan dan Berat Badan

Alih-alih membatasi kalori secara ekstrem, ahli gizi Michelle Routhenstein menyarankan perubahan pola makan yang berkelanjutan dan seimbang. Ia merekomendasikan praktik mindful eating, yakni makan dengan kesadaran penuh, memperhatikan sinyal lapar dan kenyang dari tubuh, serta menghindari kebiasaan memberi label “baik” atau “buruk” pada makanan.

“Instead, focus on choosing foods that provide nourishment and satiety to support a positive and balanced approach,” jelasnya.

Routhenstein juga menyarankan makan secara teratur dan terencana agar tubuh tidak mengalami kelaparan ekstrem yang sering berujung pada pola makan berlebihan.

Makanan Penambah Mood yang Direkomendasikan

Beberapa jenis makanan diketahui mampu membantu menjaga suasana hati tetap stabil, termasuk ikan berlemak seperti salmon dan sarden yang kaya akan asam lemak omega-3.

“Omega-3 fatty acids have been shown to reduce symptoms of depression and support cognitive function,” terang Routhenstein.

Studi ini memperkuat pentingnya pendekatan komprehensif dan penuh kesadaran dalam merancang pola makan, terutama bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan. Pembatasan kalori tanpa dukungan nutrisi dan mental yang memadai, bisa berujung pada lingkaran setan emosional dan stres berkepanjangan.

Jika Anda sedang dalam proses perbaikan pola makan, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi atau tenaga profesional yang memahami hubungan antara gizi dan kesehatan mental.

 

Artikel ini telah tayang di healthline.com.


Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel WhatsApp Kaltim Expose Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Iklan