KaltimExpose.com –  Beragam terapi depresi terus dikembangkan untuk membantu meredakan gejala, meningkatkan kemampuan mengelola emosi, serta memulihkan kesejahteraan mental. Jika dulu depresi dibedakan antara penyebab biologis dan psikososial, kini pendekatan tersebut mulai ditinggalkan. Sejumlah riset membuktikan bahwa berbagai terapi depresi, termasuk obat dan psikoterapi, sama-sama memengaruhi fungsi otak sehingga dinilai efektif sebagai metode penanganan.

Dilansir dari Healthline, pedoman terkini banyak merekomendasikan psikoterapi sebagai opsi utama ataupun pendamping obat antidepresan, tanpa melihat penyebab awal depresi.

1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

Cognitive behavioral therapy atau CBT merupakan salah satu terapi depresi paling umum dan terbukti secara ilmiah. Pendekatan ini membantu pasien mengenali pola pikir negatif yang memengaruhi emosi dan perilaku, lalu menggantinya dengan pola pikir yang lebih realistis dan adaptif.

Meta-analisis terhadap 115 studi menunjukkan CBT efektif menangani depresi. Kombinasi CBT dan obat antidepresan bahkan memberikan hasil lebih baik dibandingkan obat saja, sekaligus menurunkan tingkat kekambuhan.

2. Interpersonal Therapy (IPT)

Interpersonal therapy atau IPT adalah terapi depresi yang berfokus pada hubungan interpersonal. Terapi ini cocok bagi individu yang mengalami depresi akibat konflik hubungan, kehilangan, atau perubahan besar dalam hidup.

Proses terapi berlangsung selama 12–16 minggu dan bertujuan memperbaiki komunikasi, mengatasi masalah relasi, serta memperkuat dukungan sosial. Studi pada 2020 menemukan IPT lebih efektif meredakan gejala depresi terkait pekerjaan dibandingkan perawatan standar.

3. Mindfulness-Based Therapies

Pendekatan mindfulness juga menjadi salah satu bentuk terapi depresi yang banyak digunakan. Melalui latihan kesadaran penuh, pasien dilatih untuk mengamati pikiran dan emosi tanpa menghakimi maupun bereaksi berlebihan.

Latihan ini membantu mengenali pola pikir negatif, mengurangi reaktivitas emosional, dan meningkatkan kemampuan menerima kondisi dengan lebih tenang. Pendekatan mindfulness sering direkomendasikan bagi mereka yang rentan mengalami kekambuhan depresi.

4. Dialectical Behavior Therapy (DBT)

Dialectical behavior therapy atau DBT menggabungkan elemen CBT dengan latihan mindfulness. Awalnya dikembangkan untuk borderline personality disorder, DBT kini banyak digunakan sebagai terapi depresi dan gangguan suasana hati lainnya.

DBT mengajarkan keterampilan regulasi emosi, toleransi terhadap stres berat, serta kemampuan interpersonal. Pendekatan ini membantu pasien menghadapi emosi sulit dengan cara yang lebih sehat dan terarah.

5. Psychodynamic Therapy

Psychodynamic therapy merupakan salah satu pendekatan klasik dalam psikoterapi. Terapi ini menelusuri faktor bawah sadar dan konflik masa lalu yang berpengaruh pada depresi di masa kini. Melalui eksplorasi mendalam, pasien dibantu memahami hubungan antara pengalaman masa lalu dan pola perilaku saat ini.

Sejumlah meta-analisis menunjukkan terapi depresi berbasis psikodinamik efektif untuk meredakan gejala dan meningkatkan pemahaman diri secara jangka panjang.

Setiap individu merespons terapi depresi secara berbeda, tetapi bukti ilmiah menunjukkan berbagai pendekatan—mulai CBT, IPT, mindfulness, DBT, hingga psikodinamik—memiliki manfaat yang signifikan. Konsultasi dengan profesional kesehatan mental dapat membantu menentukan terapi yang paling sesuai berdasarkan kebutuhan, kondisi, dan preferensi pasien.


Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel WhatsApp Kaltim Expose Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Iklan