KaltimExpose.com – Kesemutan ternyata bukan hanya karena duduk terlalu lama atau posisi tubuh yang salah. Dalam banyak kasus, gejala ini bisa menjadi tanda awal kerusakan saraf akibat diabetes atau dikenal sebagai neuropati diabetik. Gejala ini sering kali diabaikan karena dianggap remeh, padahal bisa berdampak besar terhadap kualitas hidup pasien.
Menurut data medis, sekitar 50 persen penderita diabetes mengalami neuropati perifer, suatu kondisi yang ditandai dengan gejala kebas, rasa tertusuk-tusuk, kesemutan, hingga sensasi panas atau terbakar di bagian tubuh tertentu.
Dokter spesialis penyakit dalam subspesialis endokrin metabolik diabetes, dr. Wismandari Wisnu, menjelaskan bahwa diabetes merupakan gangguan metabolik kronis yang terjadi saat kadar gula darah melebihi batas normal. Sayangnya, banyak penderita tidak menyadari keberadaan penyakit ini karena kurangnya kesadaran terhadap pemeriksaan kesehatan secara berkala.
“Orang dengan diabetes memiliki risiko komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, arteri perifer, retinopati diabetik, nefropati diabetik dan neuropati,” jelas dr. Wismandari dalam jumpa pers di Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (9/11).
Salah satu komplikasi yang paling mengganggu, menurutnya, adalah neuropati diabetik, yang tak hanya memunculkan rasa tidak nyaman tapi juga berisiko tinggi. Misalnya, pasien bisa saja mengalami luka tanpa sadar karena kehilangan sensitivitas di bagian tubuh tertentu.
“Oleh karena itu, orang dengan diabetes harus teratur melakukan konsultasi atau kontrol ke dokter, patuh pada rekomendasi penanganan yang diberikan oleh dokter dan melakukan deteksi dini risiko penyakit penyerta,” imbuhnya.
Kesemutan Biasa vs Kesemutan karena Diabetes
Dokter spesialis saraf, dr. Rizaldy Taslim Pinzon, menegaskan bahwa kesemutan yang menjadi gejala neuropati diabetik berbeda dengan kesemutan biasa yang sering dialami orang sehat.
Kesemutan normal biasanya disebabkan oleh tekanan atau posisi tubuh tertentu—seperti duduk bersila terlalu lama—dan akan menghilang dalam hitungan menit setelah posisi diubah.
Namun, kesemutan akibat neuropati diabetik muncul tanpa pemicu yang jelas, berlangsung lama, dan bisa terjadi kapan saja, bahkan saat pasien tidak melakukan aktivitas apapun.
“Kalau kesemutan biasa itu duduk lama, duduk tertekan, duduk bersila itu bisa hilang dalam beberapa menit. Kalau kesemutan neuropati itu enggak hilang dan muncul terus-terusan. Bisa hilang timbul tapi dia tidak didahului dengan posisi tertentu,” tutur dr. Wismandari.
Gejala ini bahkan bisa datang ketika pasien sedang santai atau beristirahat, tanpa posisi tubuh yang salah.
“Kesemutan pada pasien diabetes itu lagi diam saja dia bisa muncul dan munculnya lama baru hilang lagi… Munculnya enggak jelas karena apa, enggak ada pendahulunya tiba-tiba memang dia sakit aja atau kesemutan,” lanjutnya.
Kenali Gejalanya, Lakukan Pemeriksaan Rutin
Dokter Wismandari mengingatkan bahwa kesemutan yang sering, muncul tiba-tiba, dan berlangsung lama bisa menjadi indikasi dini bahwa seseorang mungkin mengidap diabetes. Ia menyarankan siapa pun yang mengalami gejala tersebut segera memeriksakan diri dan melakukan tes gula darah untuk memastikan kondisinya.
Artikel ini telah tayang di depokpos.com.
Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk, ikuti Saluran Whatsapp Kaltim Expose dan google news Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.