Penurunan Aktivitas Fisik 12 Tahun Sebelum Diagnosis Bisa Jadi Tanda Risiko Penyakit Jantung

KaltimExpose.com –Penurunan aktivitas fisik, risiko penyakit jantung, dan gaya hidup sehat menjadi perhatian utama setelah sebuah studi menemukan bahwa banyak orang mulai mengalami penurunan aktivitas fisik sekitar 12 tahun sebelum terdiagnosis penyakit jantung.
Dilansir dari Medical News Today, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat penyakit kardiovaskular masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia, dengan sekitar 17,9 juta jiwa meninggal setiap tahunnya. Padahal, risiko penyakit ini dapat ditekan melalui perubahan gaya hidup, seperti mengonsumsi makanan sehat, berhenti merokok, menjaga kualitas tidur, mengontrol berat badan, mengelola stres, dan rutin berolahraga.
Yariv Gerber, PhD, profesor di Departemen Epidemiologi dan Kedokteran Pencegahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Tel Aviv, menjelaskan bahwa aktivitas fisik seumur hidup penting untuk menjaga fungsi tubuh, mencegah disabilitas, serta mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan metabolik. Namun, mempertahankan kebiasaan aktif tidaklah mudah, terutama saat mengalami transisi hidup atau masalah kesehatan.
Penelitian terbaru yang dipublikasikan di JAMA Cardiology mengungkap bahwa orang yang didiagnosis penyakit jantung di usia lanjut umumnya sudah mengalami penurunan aktivitas fisik sejak 12 tahun sebelum kejadian kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner, stroke, atau gagal jantung.
Riset ini menganalisis data lebih dari 3.000 peserta studi Coronary Artery Risk Development in Young Adults (CARDIA) yang dimulai tahun 1985-1986, dengan pemantauan aktivitas fisik sebanyak 10 kali hingga 2020-2022. Hasilnya, rata-rata peserta mengalami penurunan aktivitas fisik intensitas sedang hingga berat sejak masa dewasa muda menuju paruh baya, kemudian cenderung stabil di usia lanjut.
“Rata-rata, semua kelompok demografis mengalami penurunan aktivitas fisik dari masa muda ke paruh baya,” kata Gerber. “Karena aktivitas fisik berperan besar terhadap kesehatan jantung dan tubuh secara keseluruhan, penting untuk mengidentifikasi kapan penurunan ini terjadi dan melakukan intervensi dini sebelum kebiasaan buruk mengakar atau kesehatan memburuk.”
Peneliti juga menemukan adanya percepatan penurunan aktivitas fisik dalam dua tahun terakhir sebelum diagnosis penyakit jantung. Menurut Gerber, hal ini menunjukkan adanya jendela waktu pencegahan yang panjang. “Menjaga aktivitas sepanjang usia dewasa dapat membantu menunda atau mencegah penyakit jantung, terutama jika kita bisa mengidentifikasi mereka yang berisiko mengalami penurunan aktivitas lebih awal,” ujarnya.
Data juga memperlihatkan perbedaan signifikan berdasarkan etnis. Peserta pria kulit hitam mengalami penurunan aktivitas fisik lebih konsisten dari masa muda ke paruh baya, sementara wanita kulit hitam mencatat tingkat aktivitas terendah sepanjang hidup. Gerber menilai perlunya strategi pencegahan yang disesuaikan secara budaya, termasuk penyediaan ruang olahraga yang aman, fasilitas terjangkau, dukungan transportasi, dan integrasi promosi aktivitas fisik dalam layanan kesehatan rutin.
Jonathan Fialkow, MD, Kepala Kardiologi di Miami Cardiac & Vascular Institute, mengatakan penelitian ini memberi wawasan berharga tentang korelasi antara aktivitas fisik dengan usia, gender, dan ras. Ia menilai penting untuk mengidentifikasi hambatan sosial, finansial, perilaku, dan gaya hidup yang membatasi orang melakukan olahraga rutin, agar bisa diatasi secara tepat.
Sementara itu, Jennifer Wong, MD, Direktur Medis Kardiologi Non-Invasif di MemorialCare Heart and Vascular Institute, menekankan bahwa penelitian ini memperkuat pentingnya pencegahan. “Kita perlu memahami mengapa penurunan aktivitas fisik terkait dengan meningkatnya kejadian penyakit jantung. Apakah penurunan ini akibat perkembangan penyakit, atau justru memicu terjadinya penyakit?” ujarnya.
Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel WhatsApp Kaltim Expose Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.