KaltimExpose.com –  Pemimpin Gereja Katolik Sedunia, Paus Fransiskus, tengah melakukan kunjungan bersejarah ke Indonesia pada 3-5 September 2024. Selain bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Paus juga memimpin misa akbar di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Namun, yang menjadi sorotan bukan hanya kegiatannya sebagai pemimpin agama, melainkan juga gagasan besar yang ia bawa tentang tata kelola ekonomi baru, yang dikenal dengan nama Ekonomi Fransiskus atau Economy of Francesco.

Kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia menarik perhatian publik, bukan hanya karena kesederhanaannya—yang terlihat dari pilihan untuk menggunakan pesawat komersial dan kendaraan biasa serta menolak menginap di hotel mewah—tetapi juga karena komitmennya terhadap keadilan sosial. Sejak menjadi Uskup Agung Buenos Aires, Paus Fransiskus telah dikenal karena kritik tajamnya terhadap praktik ekonomi global yang dinilai semakin menindas kaum miskin dan merusak ekologi.

Latar Belakang Ekonomi Fransiskus

Paus Fransiskus bukan hanya seorang pemimpin spiritual, tetapi juga seorang saksi hidup dari dampak negatif tata kelola ekonomi yang tidak berkeadilan. Sebelum menapaki jalan kepemimpinan di gereja, Jorge Mario Bergoglio, nama asli Paus Fransiskus, pernah bekerja sebagai penjaga bar dan petugas kebersihan. Pengalaman hidupnya di Argentina, terutama saat krisis ekonomi pada Desember 2001 ketika ia menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires, mengukuhkan pandangannya tentang pentingnya keadilan sosial dalam tata kelola ekonomi.

Krisis tersebut, yang dipicu oleh utang luar negeri yang menggunung dan runtuhnya sistem perbankan, memberikan pelajaran berharga bagi Paus Fransiskus tentang bahayanya sistem ekonomi yang tidak mempertimbangkan kesejahteraan umum.

Setelah terpilih sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik pada 2013, Paus Fransiskus tidak hanya mengkritisi ketidakadilan, tetapi juga menginisiasi gerakan untuk menciptakan tata kelola ekonomi yang lebih manusiawi. Gerakan ini diresmikan melalui Economy of Francesco, yang pertama kali diluncurkan pada 1 Mei 2019, bertepatan dengan Hari Buruh Internasional.

Dalam surat ajakannya kepada para ekonom dan wirausaha muda di seluruh dunia, Paus Fransiskus menekankan pentingnya menciptakan ekonomi yang memanusiakan, melibatkan semua lapisan masyarakat, dan peduli terhadap lingkungan. Sistem ekonomi yang ada saat ini, menurut Paus, terlalu sering menyebabkan kerusakan lingkungan dan memperparah kemiskinan.

Pada pertemuan puncak Economy of Francesco yang berlangsung pada 19-21 November 2020 di Assisi, Italia, Paus kembali menekankan bahwa ekonomi global saat ini tidak berkelanjutan. Ia menyerukan kepada kaum muda dari berbagai negara untuk menciptakan budaya ekonomi baru yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan.

12 Poin Kesepakatan Ekonomi Fransiskus

Setelah tiga hari berdiskusi, ratusan kaum muda dan pemikir dari berbagai penjuru dunia sepakat tentang perlunya tata kelola ekonomi baru. Mereka merumuskan 12 poin kesepakatan sebagai dasar bagi ekonomi yang lebih berkeadilan. Beberapa di antaranya meliputi:

  1. Perlambatan aktivitas kekuatan besar dunia untuk memberi kesempatan bumi “bernapas”.
  2. Penyebaran teknologi maju ke seluruh dunia untuk mendorong praktik produksi berkelanjutan.
  3. Pengelolaan sumber daya alam menjadi perhatian utama kebijakan pemerintah dan sektor swasta.
  4. Penolakan terhadap ideologi ekonomi yang menyerang kaum miskin dan marjinal.
  5. Hak atas pekerjaan yang layak untuk semua, serta penghapusan surga pajak global.
  6. Reformasi lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia dan IMF agar lebih demokratis.
  7. Penyediaan pendidikan berkualitas bagi perempuan dan anak-anak di seluruh dunia.

Paus Fransiskus mengakhiri pertemuan dengan menegaskan bahwa tantangan ini tidak hanya milik kaum muda, tetapi juga tanggung jawab seluruh masyarakat global. Ia mengajak semua pihak untuk berkolaborasi dalam menciptakan ekonomi yang benar-benar melayani semua orang, terutama mereka yang paling membutuhkan.

Kesederhanaan yang Menginspirasi

Selama kunjungannya ke Indonesia, Paus Fransiskus menampilkan kesederhanaan yang menjadi ciri khasnya. Tidak hanya dalam gaya hidup, tetapi juga dalam pesan-pesannya yang penuh dengan makna keadilan sosial dan kepedulian terhadap lingkungan. Kehadirannya di Indonesia menjadi pengingat akan pentingnya menciptakan sistem ekonomi yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.

Dalam konteks global yang penuh dengan tantangan, Economy of Francesco menjadi sebuah gerakan yang relevan dan mendesak, tidak hanya untuk kalangan Gereja Katolik, tetapi juga bagi semua yang peduli pada masa depan planet dan umat manusia. Paus Fransiskus telah meletakkan dasar, kini giliran kita semua untuk melanjutkan dan mewujudkan visinya tentang ekonomi yang memanusiakan.

Artikel ini telah tayang di bisnis.com.

 


Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk, ikuti Saluran Whatsapp Kaltim Expose dan google news Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Iklan