KaltimExpose.com –  Proyek strategis baterai kendaraan listrik (EV) senilai 7,7 miliar dollar AS atau setara Rp124 triliun di Indonesia resmi kehilangan konsorsium Korea Selatan yang dipimpin LG. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun buka suara terkait keputusan mundurnya investor besar tersebut.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Tri Winarno menanggapi dengan nada tegas dan mempertanyakan komitmen LG selama ini.

“Dia sebetulnya niat enggak sih mau investasi di sini? Kalau misalnya enggak niat ya sudah. Memang dari awal enggak ada niat berarti,” kata Tri di Kantor Kementerian ESDM, Senin (21/4/2025), dikutip dari Kompas.

Tri menegaskan, ukuran perusahaan bukan jaminan keberhasilan investasi jika tidak dibarengi keseriusan.

“Mau investor besar, mau kecil, yang penting niat enggak dia? Kalau cuma omong doang (omdo), ya enggak lah,” tambahnya.

Sering Telat dan Tak Konsisten

Menurut Tri, sejak awal konsorsium LG dan mitranya sudah menunjukkan indikasi ketidakseriusan, terutama dalam hal ketepatan waktu dalam menjalankan proyek.

“Kan selalu enggak tepat waktu mereka, sudah berapa tahun. Kamu mau bangun rumah, terus habis itu kamu harusnya sudah groundbreaking, enggak juga. Ya sudah berarti dari kamu memang enggak serius kan,” lanjutnya.

Meski belum mengungkapkan siapa investor pengganti yang akan mengisi kekosongan tersebut, Tri memastikan bahwa proyek hilirisasi tetap berjalan.

“Nanti lah kita lihat ya,” ucapnya singkat.

Fenomena “EV Chasm” dan Sikap LG

Menurut laporan dari Yonhap News Agency pada Jumat (18/4/2025), keputusan LG dan konsorsiumnya—yang terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, dan LX International—dipicu oleh perlambatan global dalam permintaan kendaraan listrik, yang disebut sebagai fenomena “EV chasm.”

Meski menarik diri dari proyek integrasi baterai secara menyeluruh di Indonesia, LG menyatakan tetap melanjutkan komitmennya pada proyek-proyek yang sudah berjalan, termasuk pembangunan pabrik baterai EV HLI Green Power di Karawang, Jawa Barat, hasil kolaborasi dengan Hyundai Motor Group.

Hilirisasi Tetap Jadi Prioritas

Sebagai produsen nikel terbesar dunia, Indonesia tetap berkomitmen memperkuat industri hilirisasi dalam negeri, khususnya dalam membangun ekosistem kendaraan listrik nasional. Pemerintah memastikan agenda transformasi energi akan terus dilanjutkan dengan atau tanpa LG.

Mundurnya LG dari proyek besar ini menjadi alarm penting bagi pemerintah soal keseriusan investor asing. Namun ESDM memastikan, hilirisasi nikel akan terus berjalan dengan mitra baru yang lebih solid dan berkomitmen.

 

Artikel ini telah tayang di kompas.com.


Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk, ikuti Saluran Whatsapp Kaltim Expose dan google news Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Iklan