KaltimExpose.com –  Penggunaan chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) kini tak hanya berdampak pada dunia digital, tetapi juga lingkungan. Sebuah studi dari Hochschule München University of Applied Sciences, Jerman, mengungkap bahwa emisi karbon AI chatbot sangat dipengaruhi oleh jenis pertanyaan yang diajukan pengguna.

Dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Frontiers, para peneliti membandingkan 14 model AI dan menemukan bahwa jawaban yang memerlukan penalaran kompleks ternyata menghasilkan emisi karbon jauh lebih tinggi dibanding jawaban sederhana. Misalnya, pertanyaan seputar fakta sejarah cenderung lebih “ramah lingkungan” ketimbang topik seperti filsafat atau aljabar abstrak yang membutuhkan pemrosesan lebih dalam.

“Dampak lingkungan dari menanyakan sesuatu kepada LLM (large language model) sangat ditentukan oleh pendekatan penalarannya. Proses penalaran eksplisit secara signifikan meningkatkan konsumsi energi dan emisi karbon,” kata penulis utama studi, Maximilian Dauner, seperti dikutip dari CyberNews.

Penelitian ini menyebutkan bahwa model dengan kemampuan penalaran menghasilkan rata-rata 543,5 token per pertanyaan, dibandingkan dengan model ringkas yang hanya memproduksi sekitar 40 token. Token adalah bagian kata atau frasa dalam jawaban AI yang diubah menjadi angka agar bisa diproses, dan setiap token menyumbang pada jejak karbon.

“Semakin banyak token, semakin tinggi emisi karbon,” jelas laporan tersebut. Ironisnya, banyak token tidak selalu berarti jawaban yang lebih akurat. Studi menemukan bahwa jawaban panjang dan kompleks belum tentu lebih benar daripada yang singkat.

Contohnya, model Cogito dengan 70 miliar parameter—yang paling akurat di antara yang diuji dengan tingkat akurasi 84,9%—ternyata menghasilkan tiga kali lipat emisi karbon dibandingkan model seukuran lainnya yang memberikan jawaban lebih ringkas.

Para peneliti berharap temuan ini mendorong publik untuk lebih bijak dalam menggunakan AI. “Pengguna bisa mengurangi emisi secara signifikan dengan meminta jawaban ringkas dari AI, atau membatasi penggunaan model berkapasitas besar hanya untuk tugas yang benar-benar membutuhkan kekuatan tersebut,” ujar Dauner.

Dengan permintaan AI yang terus meningkat secara global, hasil penelitian ini menjadi pengingat bahwa efisiensi tak hanya soal hasil, tetapi juga dampak ekologisnya. Mulai dari sekarang, memilih pertanyaan dengan tepat bisa menjadi langkah kecil yang berdampak besar bagi lingkungan.

 

Artikel ini telah tayang di cybernews.com.


Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel WhatsApp Kaltim Expose Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Iklan