KaltimExpose.com –  Sebuah studi terbaru yang diterbitkan pada 10 Juni 2025 di jurnal Obesity mengungkapkan bahwa hasil penggunaan obat diet GLP-1 seperti semaglutide (Wegovy) dan tirzepatide (Zepbound) di dunia nyata tidak seefektif yang ditunjukkan dalam uji klinis. Meski begitu, pasien juga tidak cepat mengalami kenaikan berat badan kembali setelah berhenti.

Penelitian ini mencermati data lebih dari 7.800 orang dewasa yang mengalami obesitas atau masalah manajemen berat badan tanpa diabetes tipe 2. Mereka tercatat menjalani pengobatan di fasilitas Cleveland Clinic di Ohio dan Florida antara 2021 dan 2023. Rata-rata usia partisipan sekitar 51 tahun, dan hampir 80% dari mereka berkulit putih.

Dari jumlah tersebut, 6.109 pasien menggunakan semaglutide (Wegovy), sedangkan 1.772 menggunakan tirzepatide (Zepbound). Sekitar 80% dari mereka diberikan dosis rendah secara mingguan, berbeda dari dosis maksimal dalam uji klinis.

Yang menarik, setengah dari pasien di dunia nyata menghentikan penggunaan obat dalam 12 bulan pertama. Sebaliknya, hanya sekitar 14-17% dari partisipan uji klinis yang menghentikan pengobatan di tahun pertama.

Efeknya terlihat signifikan. Pengguna semaglutide di dunia nyata kehilangan rata-rata 8% berat badan dalam setahun, sedangkan pengguna tirzepatide sekitar 12%. Di uji klinis, angka penurunan berat badan bisa mencapai 15% untuk semaglutide dan hingga 20% untuk tirzepatide dosis tinggi.

Namun, angka penurunan kadar A1C—indikator gula darah—nyaris sama antara pengguna di dunia nyata dan partisipan uji klinis. Sekitar 54% pasien yang semula prediabetes menunjukkan perbaikan, dan hanya 3% yang berkembang menjadi diabetes tipe 2 dalam 12 bulan.

“Temuan kami menunjukkan bahwa penghentian pengobatan dan penggunaan dosis pemeliharaan yang lebih rendah bisa mengurangi kemungkinan tercapainya penurunan berat badan yang bermakna secara klinis,” tulis peneliti, dikutip dari Healthline.

Dr. Mir Ali, direktur medis di MemorialCare Surgical Weight Loss Center, menekankan bahwa penurunan berat badan adalah komitmen jangka panjang. “Penggunaan jangka panjang lebih efektif dibandingkan jangka pendek,” katanya.

Dr. Sarah Kim dari University of California San Francisco menambahkan bahwa dunia nyata tidak seperti lingkungan uji klinis. “Di kehidupan nyata, hasilnya tidak selalu spektakuler karena tidak ada pengawasan dan dukungan ketat,” jelasnya.

Baik Kim maupun Ali menyebutkan bahwa alasan penghentian obat biasanya karena harga mahal, efek samping yang tidak nyaman, serta kelelahan psikologis akibat harus menyuntikkan diri secara rutin.

Obat diet GLP-1 bekerja dengan meniru hormon tubuh yang mengatur kadar gula darah sekaligus mengurangi rasa lapar. Semaglutide tersedia dalam bentuk tablet (Rybelsus) dan suntikan (Ozempic, Wegovy). Tirzepatide (Mounjaro, Zepbound) hanya tersedia sebagai suntikan.

Kedua dokter menekankan bahwa obat ini hanya alat bantu, bukan “obat ajaib.”

“Obat ini tidak membakar lemak. Ia hanya membantu mengurangi nafsu makan,” ujar Kim. Sementara Ali menambahkan, “Tujuan utama obat ini adalah membantu pasien mencapai berat badan sehat.”

Dengan makin populernya obat ini, para ahli meyakini bahwa GLP-1 akan terus menjadi komponen utama dalam program penurunan berat badan jangka panjang.

 

Artikel ini telah tayang di healthline.com.


Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel WhatsApp Kaltim Expose Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Iklan