KaltimExpose.com –  Perusahaan-perusahaan yang diduga terafiliasi dengan kelompok peretas asal Tiongkok, Hafnium, terciduk mengajukan lebih dari selusin paten atas teknologi pengawasan dan peretasan. Fakta ini memberikan jejak dokumen yang langka tentang sejauh mana kekuatan spionase siber Negeri Tirai Bambu berjalan di balik layar.

Dilansir dari Cybernews, penyelidikan ini mengemuka setelah Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) pada 2025 mendakwa dua warga negara China, Xu Zewei dan Zhang Yu, atas kejahatan siber—termasuk pencurian data riset COVID-19 dari universitas AS dan eksploitasi celah keamanan di Microsoft Exchange Server dalam kampanye global yang dikaitkan dengan Hafnium.

Dalam laporan eksklusif dari SentinelOne kepada Hacker News, ditemukan bahwa:

  • Perusahaan-perusahaan terkait Hafnium mematenkan alat siber untuk meretas perangkat Apple, mengakses data router, hingga mengendalikan sistem rumah pintar.
  • Meski alat-alat ini belum pernah dikaitkan secara langsung dengan Hafnium sebelumnya, fakta paten tersebut menunjukkan kemampuan sebenarnya bisa jauh lebih luas dari yang diketahui publik.
  • Aktivitas Hafnium tidak dilakukan secara soliter, melainkan melalui jaringan luas perusahaan teknologi dan kontraktor negara, termasuk yang pernah beroperasi secara sah sebagai vendor pemerintah China.

Menurut Dakota Cary, penasihat SentinelLabs yang fokus pada Tiongkok, “Wawasan baru ini menyoroti kekurangan dalam sistem atribusi aktor ancaman. Selama ini kita hanya mengaitkan kampanye peretasan ke satu nama, padahal di baliknya ada ekosistem perusahaan yang kompleks.”

Dari Dunia Siber ke Dunia Nyata

Tidak seperti kelompok peretas anonim yang beroperasi di dark web, perusahaan-perusahaan ini justru terdaftar secara resmi dengan struktur kepemimpinan dan pegawai yang bergerak secara terbuka di industri teknologi nasional.

Xu Zewei misalnya, pernah bekerja di Powerock, lalu pindah ke Chaitin Tech, dan terakhir ke Shanghai GTA Semiconductor. Perusahaan Powerock sendiri diketahui ‘menghilang’ dari radar publik setelah Tiongkok dituding sebagai dalang peretasan Microsoft.

Zhang Yu, sosok lain yang disebut dalam dakwaan DOJ, kini menjabat sebagai CEO Shanghai Firetech—salah satu perusahaan yang dilaporkan mematenkan alat forensik untuk perangkat Apple dan ekstraksi data terenkripsi.

Nama lain, Yin Kecheng, dilaporkan bekerja di Shanghai Heiying, yang didirikan oleh Zhou Shuai—seorang peretas nasionalis dan broker data yang dikenal luas di komunitas bawah tanah siber China.

Peneliti SentinelOne menyebutkan bahwa sebagian alat yang dipatenkan mampu digunakan untuk spionase dari jarak dekat, seperti penyusupan langsung ke perangkat dan jaringan pribadi korban. Ini menandakan bahwa kemampuan ofensif siber Tiongkok tidak lagi terbatas pada dunia maya, tetapi sudah merambah ke wilayah pemantauan fisik.

Dakota Cary menambahkan, “Kemampuan alat yang dimiliki Shanghai Firetech melebihi apa yang selama ini diketahui publik terkait Hafnium atau Silk Typhoon.”

Jejak Paten: Bukti yang Tak Bisa Diabaikan

Yang mengejutkan, alat-alat siber ini diyakini telah dijual ke kantor regional Kementerian Keamanan Negara (MSS) China, sehingga tidak seluruhnya dikaitkan langsung ke Hafnium, meski berada di bawah struktur korporat yang sama.

SentinelOne dalam laporannya menyoroti pentingnya mengubah cara komunitas keamanan global mengatribusikan serangan. Sebab, memberi label pada sebuah kelompok seperti Hafnium hanyalah permukaan dari gunung es. Di bawahnya terdapat jaringan perusahaan teknologi, kontrak pemerintah, dan rantai pasokan alat spionase yang jarang tersorot publik.

Namun, kini sebagian dari alat itu memiliki jejak resmi—berupa dokumen paten—yang dapat menjadi petunjuk penting untuk investigasi mendalam ke depan.

 

Artikel ini telah tayang di cybernews.com.


Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel WhatsApp Kaltim Expose Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Iklan