Gaduh Sumber Air Aqua, Ahli Geologi UGM Jelaskan Arti Sebenarnya Air Pegunungan

Ilustrasi AMDK (Foto: Getty Images/iStockphoto/emreogan – detik.com)

KaltimExpose.com –Polemik mengenai sumber air yang digunakan oleh merek air minum dalam kemasan Aqua tengah ramai diperbincangkan publik. Isu ini mencuat setelah Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengunjungi salah satu lokasi pengolahan air mineral Aqua, yang tayang di kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel (KDM).

Dalam video tersebut, Dedi menanyakan asal-usul air yang digunakan dalam proses produksi. Seorang staf perusahaan menjelaskan bahwa air diambil dari bawah tanah melalui proses pengeboran. Pernyataan ini kemudian memicu perdebatan publik, karena sebagian masyarakat menilai sumber air itu tidak sesuai dengan klaim “air pegunungan” yang selama ini digunakan dalam branding Aqua.

Klarifikasi dari Danone

Dilansir dari DetikHealth, pihak Danone, selaku produsen Aqua, segera memberikan klarifikasi resmi. Perusahaan menegaskan bahwa sumber air yang digunakan bukan berasal dari air permukaan atau air tanah dangkal.

“Sumber air Aqua diambil dari akuifer dengan kedalaman 60 hingga 140 meter, yang terlindungi secara alami oleh lapisan kedap air, sehingga bebas dari kontaminasi aktivitas manusia dan tidak mengganggu penggunaan air masyarakat,” tulis pernyataan resmi Danone.

Danone juga menegaskan bahwa air dari akuifer tersebut merupakan bagian dari sistem hidrogeologi pegunungan. “Aqua menggunakan air dari akuifer dalam yang merupakan bagian dari sistem hidrogeologi pegunungan,” tegas perusahaan.

Air ini, lanjut Danone, telah melalui proses seleksi dan kajian ilmiah oleh para ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Padjadjaran (Unpad). “Sebagian titik sumber juga bersifat self-flowing atau mengalir alami,” imbuhnya.

Penjelasan Ahli Geologi UGM

Guru Besar Teknologi Geologi UGM, Prof Dr Ir Heru Hendrayana, turut menjelaskan makna ilmiah dari istilah air pegunungan. Menurutnya, air tanah dalam bisa dikategorikan sebagai air pegunungan jika memang asalnya dari wilayah pegunungan.

Namun, Heru menekankan bahwa air pegunungan tidak selalu harus diambil langsung dari puncak atau tubuh gunung. “Misalnya saya ngebor di lereng Merapi, boleh nggak disebut air pegunungan? Belum tentu. Harus dicek dulu asal usulnya lewat penelitian ilmiah,” ujarnya.

Ia menjelaskan, penelitian semacam itu mencakup analisis kimia, isotop, hingga kajian bawah permukaan untuk memastikan hubungan antara sumber air dan wilayah pegunungan.

“Jadi air pegunungan itu tidak harus di gunung, dan yang di dataran pun belum tentu bukan air pegunungan. Semua tergantung hasil kajian ilmiah,” tambahnya.

Tidak Semua Mata Air Termasuk Air Pegunungan

Heru juga menekankan bahwa tidak semua mata air yang muncul di kawasan pegunungan otomatis tergolong air pegunungan. Beberapa mata air terbentuk dari air hujan yang meresap dan keluar kembali di lereng, yang secara ilmiah termasuk kategori air tanah dangkal.

“Air pegunungan itu harus diidentifikasi dengan metode ilmiah. Tidak harus di gunung, dan tidak semua air di gunung bisa disebut air pegunungan,” katanya.

Ia menambahkan, perusahaan besar seperti Aqua umumnya telah melalui serangkaian uji ilmiah untuk memastikan klaim sumber air yang digunakan. “Kalau perusahaan besar mencantumkan label air pegunungan, mereka pasti sudah memiliki hasil penelitian pendukung,” ujarnya menegaskan.

Dengan penjelasan tersebut, publik diharapkan dapat memahami bahwa istilah air pegunungan memiliki dasar ilmiah yang kompleks dan tidak bisa hanya dinilai dari lokasi pengambilannya semata.


Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Iklan