BMKG Ungkap Sampai Kapan La Niña Basahi Indonesia: Prakiraan Cuaca dan Implikasinya 2026

Ilustrasi Fenomena La Niña menjadi salah satu faktor yang memicu cuaca ekstrem di Indonesia belakangan ini (Foto: CNN Indonesia)

KaltimExpose.com, Jakarta –   Fenomena La Niña basahi Indonesia diperkirakan akan terus memengaruhi pola cuaca hingga awal 2026, memperpanjang periode curah hujan tinggi di berbagai wilayah tanah air. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap bahwa fenomena La Niña basahi Indonesia masih memengaruhi kondisi cuaca nasional dan diprediksi akan bertahan sampai memasuki awal tahun depan.

Dilansir dari CNN Indonesia, analis iklim BMKG menyatakan bahwa La Niña akan tetap aktif dalam beberapa bulan ke depan, berkontribusi pada curah hujan yang lebih tinggi di banyak daerah. La Niña merupakan fenomena iklim yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik tengah dan timur lebih dingin dari normal, mendorong naiknya uap air dan meningkatkan kemungkinan hujan lebat. Dampak fenomena ini sering dirasakan di Indonesia ketika musim hujan tiba, terutama pada akhir tahun hingga awal tahun berikutnya.

BMKG memperkirakan La Niña basahi Indonesia akan berlanjut hingga sekitar Maret 2026. Kondisi ini diperkirakan menyebabkan curah hujan tetap tinggi di sejumlah wilayah, meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor jika tidak diantisipasi dengan tindakan mitigasi yang tepat.

Meski fenomena tersebut diprediksi bersifat lemah, BMKG menekankan bahwa masyarakat tetap harus waspada terhadap kemungkinan hujan berlebih, terutama di kawasan yang rentan terhadap genangan dan longsor. Curah hujan yang lebih tinggi dari normal meskipun dalam intensitas lemah tetap memerlukan kesiagaan di daerah-daerah rawan bencana.

Untuk menghadapi efek La Niña basahi Indonesia, BMKG mengimbau berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan masyarakat, meningkatkan kesiapsiagaan maupun mitigasi bencana, mulai dari memastikan saluran air bersih hingga kesiapan evakuasi jika diperlukan. Langkah adaptasi seperti ini penting dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari cuaca ekstrem yang dipicu fenomena iklim tersebut.

Dalam jangka panjang, BMKG juga memantau pergeseran pola iklim global yang dapat memengaruhi transisi La Niña basahi Indonesia menuju kondisi netral ENSO (El Niño–Southern Oscillation), yang diprediksi akan kembali normal pada kuartal pertama 2026. Pergeseran ini dinilai akan menstabilkan pola hujan dan curah hujan di sepanjang tahun tersebut. (Jie)

Iklan