Studi Terbaru: Asupan Tembaga Cukup Tinggi Bisa Jaga Kesehatan Otak Lansia

KaltimExpose.com –Meski manusia hidup lebih lama dari generasi sebelumnya, masa tua tidak selalu identik dengan hidup sehat. Salah satu risiko yang meningkat seiring bertambahnya usia adalah penurunan fungsi kognitif dan demensia. Namun, pola makan dan gaya hidup yang tepat dipercaya mampu memperlambat risiko tersebut. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa asupan tembaga, fungsi otak, kesehatan lansia, nutrisi mikro, dan penurunan kognitif mungkin memiliki kaitan erat.
Dilansir dari Medical News Today, sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Scientific Reports mengungkap bahwa ada kadar ideal konsumsi tembaga harian yang membantu menjaga fungsi otak pada usia lanjut. Dalam jumlah yang tepat, asupan tembaga dikaitkan dengan performa yang lebih baik dalam tes-tes kognitif, terutama dalam hal kecepatan berpikir dan kemampuan eksekutif.
“Studi ini menunjukkan bahwa asupan tembaga dalam jumlah sedang (sekitar 1,2–1,6 mg/hari) berkorelasi dengan fungsi kognitif yang lebih baik pada lansia, khususnya dalam kecepatan pemrosesan dan fungsi eksekutif,” kata Steven Allder, neurolog di Re:Cognition Health, meski ia tidak terlibat dalam studi tersebut.
Tembaga dan Perannya dalam Otak
Penelitian menggunakan data dari survei NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey) tahun 2011–2014, dengan menganalisis data 2.420 orang dewasa. Para partisipan dibagi ke dalam empat kelompok berdasarkan jumlah asupan tembaga harian mereka, yang dihitung dari dua kali recall diet 24 jam. Fungsi kognitif mereka kemudian diuji menggunakan empat metode:
- Digit Symbol Substitution Test (DSST): tes menulis simbol berdasarkan angka.
- Animal Fluency Test (AFT): menyebutkan nama hewan sebanyak mungkin dalam waktu 1 menit.
- Subtes CERAD: rangkaian tes untuk mengevaluasi risiko Alzheimer.
- Global Cognition Z Score: skor standar yang mencerminkan fungsi otak secara keseluruhan.
Thomas M. Holland, MD, dari RUSH University menjelaskan bahwa tembaga sangat penting untuk menjaga kesehatan otak.
“Tembaga berperan besar dalam metabolisme energi, sintesis neurotransmitter, dan pertahanan antioksidan. Salah satu enzim penting, superoxide dismutase (SOD1), bergantung pada tembaga untuk menetralkan radikal bebas yang bisa merusak jaringan otak,” ujarnya.
Manfaat Maksimal pada Kisaran Asupan Tertentu
Hasil studi menunjukkan bahwa peserta dengan asupan tembaga tertinggi mendapat skor kognitif paling baik, namun manfaat tersebut hanya bertahan hingga ambang tertentu. Setelah titik optimum, peningkatan asupan tembaga tidak lagi berdampak signifikan pada fungsi otak.
Nilai ambang tersebut tercatat pada:
- 1,63 mg/hari untuk tes DSST,
- 1,42 mg/hari untuk AFT,
- dan 1,22 mg/hari untuk skor Z.
“Kelebihan tembaga justru bisa menimbulkan stres oksidatif dan inflamasi, sehingga mengubah fungsinya dari pelindung menjadi pemicu kerusakan,” jelas Holland.
Steven Allder juga memperingatkan bahwa terlalu banyak tembaga bisa memperparah kondisi neurodegeneratif seperti akumulasi beta amiloid dan tau – dua ciri khas penyakit Alzheimer.
Sumber Makanan Kaya Tembaga
Para ahli menyarankan agar kita memperoleh tembaga dari makanan alami dan hanya mengonsumsi suplemen jika diresepkan dokter. Elena Rolt, terapis nutrisi dan praktisi pengobatan fungsional, menjelaskan:
“Kerang seperti tiram, kepiting, dan lobster mengandung tembaga dalam jumlah tinggi. Jeroan seperti hati juga sangat kaya tembaga dan bernilai gizi tinggi,” jelasnya.
Bagi yang menjalani pola makan nabati, beberapa pilihan kaya tembaga antara lain:
- Jamur, terutama shiitake
- Kacang dan biji-bijian seperti mete, biji bunga matahari, dan biji wijen
- Serealia utuh seperti quinoa dan oat
- Legum seperti lentil dan buncis
- Sayuran hijau seperti bayam dan kale
Kabar baik bagi penggemar cokelat hitam: keduanya menyarankan dark chocolate dengan kandungan kakao lebih dari 70% sebagai sumber tembaga yang lezat dan bergizi.
Butuh Penelitian Lanjutan
Meski hasil studi ini menarik, sebagai studi observasional, penelitian ini belum bisa memastikan hubungan sebab-akibat langsung antara konsumsi tembaga dan fungsi kognitif. Holland menyebutkan bahwa studi prospektif jangka panjang dan uji klinis acak akan sangat membantu memperkuat bukti ini.
“Studi ini menguatkan keyakinan saya bahwa makanan yang kita konsumsi memengaruhi fungsi otak hingga level mikronutrien. Nutrisi bukan sekadar mencegah penyakit kronis, tapi juga menjaga jati diri kita — memori, kejernihan berpikir, koneksi sosial, dan kemandirian di masa tua,” pungkas Holland.
Artikel ini telah tayang di medicalnewstoday.com.
Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel WhatsApp Kaltim Expose Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.