KaltimExpose.com –Seorang balita laki-laki berusia tiga tahun di Madura, Jawa Timur, didiagnosis mengalami infeksi cacing usus atau askariasis, setelah sebelumnya mengalami konstipasi dan muntah cacing di rumah sakit. Kasus langka ini mengungkap pentingnya sanitasi dan kebersihan dalam mencegah penyakit akibat cacingan.

Menurut laporan kasus yang dipublikasikan di Journal of Medical Case Report dan dikutip Minggu (13/4/2025), bocah tersebut sempat mengalami diare dan demam selama seminggu sebelum akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Umum Soebandi dengan keluhan perut kembung dan sulit buang air besar selama tiga hari.

Sempat Didiagnosis ISK, Lalu Muntahkan Cacing
Awalnya, anak tersebut dibawa ke fasilitas kesehatan primer dan didiagnosis menderita infeksi saluran kemih (ISK). Namun, kondisi memburuk sehari kemudian, ditandai dengan perut membesar dan ketidaknyamanan ekstrem.

Ketika dirawat di unit gawat darurat RSU Soebandi, anak itu didiagnosis mengalami konstipasi. Namun, saat observasi di rumah sakit, kondisinya berubah drastis.

“Pada hari pertama observasi, pasien memuntahkan cacing, dan diagnosis askariasis dipertimbangkan,” demikian isi laporan jurnal tersebut.

Dokter pun segera melakukan tindakan medis lanjutan untuk mengonfirmasi jenis cacing dan memberikan penanganan tepat.

Riwayat Hidup Anak: Rentan Terpapar Cacing
Data anamnesis menunjukkan bahwa anak tersebut baru saja pindah dari Bali ke Jember. Selama di Bali, ia kerap bermain di sungai tanpa alas kaki, dan di Jember, ia ikut kakek-neneknya mengumpulkan sampah di tempat pembuangan akhir, tanpa sarung tangan atau pelindung lain.

Ibunya juga terbiasa menyuapi langsung dengan tangan, dan air minum yang dikonsumsi tidak melalui proses perebusan terlebih dahulu.

Kondisi ini memperkuat dugaan bahwa anak terpapar Ascaris lumbricoides, jenis cacing usus yang umum ditemukan di lingkungan dengan sanitasi rendah.

Tindakan Medis: Operasi dan Obat Anticacing
Untuk mengatasi kondisi serius ini, tim medis dari divisi bedah anak melakukan tindakan laparatomi eksplorasi (operasi perut) guna mengangkat cacing dari dalam sistem pencernaan.

Hasil operasi mengidentifikasi cacing sebagai A. lumbricoides, penyebab umum askariasis yang termasuk jenis soil-transmitted helminths (STH)—cacing yang ditularkan melalui tanah yang terkontaminasi feses.

Setelah operasi, pasien menerima perawatan lanjutan berupa infus, antibiotik, dan obat cacing pirantel pamoat. Ia kemudian dipulangkan dengan resep albendazole untuk konsumsi lanjutan di rumah.

Indonesia Termasuk Wilayah Endemis Cacing Usus
Infeksi askariasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penelitian oleh Widjana dan Sutisna (2000) mencatat bahwa prevalensi A. lumbricoides di Bali mencapai 73,7 persen, menjadikannya salah satu daerah dengan risiko tinggi.

Infeksi ini umumnya menyerang anak-anak usia dini akibat minimnya edukasi kebersihan, sanitasi lingkungan yang buruk, serta akses air bersih yang terbatas.

Pentingnya Edukasi Kebersihan untuk Anak
Kasus ini menjadi pengingat penting bagi orang tua dan masyarakat untuk menjaga kebersihan anak, terutama dalam hal:

  • Menghindari bermain di tanah atau air kotor tanpa alas kaki
  • Mencuci tangan sebelum makan dan setelah bermain
  • Mengonsumsi air matang
  • Memastikan makanan bersih dan higienis
  • Rutin memberikan obat cacing sesuai anjuran tenaga medis

Infeksi cacing usus seperti askariasis bisa berujung pada kondisi medis serius jika tidak ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan menjadi langkah kunci dalam mencegah penularan penyakit yang bisa dicegah ini.

Untuk masyarakat di daerah rawan, penting untuk mengikuti program pemerintah terkait pemberian obat cacing massal secara rutin, terutama pada anak-anak.

 

Artikel ini telah tayang di detik.com.


Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk, ikuti Saluran Whatsapp Kaltim Expose dan google news Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Iklan