KaltimExpose.com – Penelitian menunjukkan bahwa manusia berbohong satu hingga dua kali setiap hari, kebanyakan berupa kebohongan kecil atau white lies yang bertujuan menjaga hubungan sosial. Bahkan, sebagian riset memperkirakan bahwa 59 persen orang dewasa berbohong setidaknya sekali, dan bisa mencapai lima kali dalam sehari. Menariknya, pria disebut lebih sering berbohong dibanding wanita.
Dilansir dari Everyday Health, para ahli menyebut kebohongan memiliki berbagai motif dan tingkat keparahan. Ada kebohongan ringan seperti memuji potongan rambut teman, hingga kebohongan besar seperti menyembunyikan perselingkuhan. Apa pun bentuknya, mengetahui seseorang berbohong bisa memicu perasaan terluka dan hilangnya kepercayaan.
Dua terapis, Laura Sgro, LCSW, dari Los Angeles, dan Jordan A. Conrad, PhD, LCSW, dari New York City, menjelaskan alasan orang berbohong dan bagaimana cara menghadapi situasi tersebut dengan sehat.
Mengapa Orang Berbohong
Menurut Sgro, berbohong adalah perilaku sosial yang kompleks dengan berbagai motivasi, mulai dari niat baik hingga manipulatif. Dalam psikologi, kebohongan umumnya terbagi dalam dua kategori:
- Kebohongan prososial (prosocial lying) — dilakukan untuk melindungi atau menyenangkan orang lain, seperti mengatakan bahwa hadiah dari teman bagus meski sebenarnya tidak.
- Kebohongan antisosial (antisocial lying) — dilakukan untuk keuntungan pribadi, seperti menutupi kesalahan atau manipulasi situasi.
“Niat di balik kebohongan prososial biasanya baik, tetapi kebohongan antisosial justru dapat merusak hubungan sosial,” jelas Sgro.
Selain itu, ada juga kebohongan kompulsif atau patologis, di mana seseorang berbohong lima kali atau lebih setiap hari. Jenis ini sering dikaitkan dengan gangguan kepribadian seperti narcissistic personality disorder atau antisocial personality disorder, dan diperkirakan terjadi pada 8 hingga 13 persen populasi.
11 Tips Menghadapi Orang yang Berbohong
- Pertimbangkan Sumbernya
Jangan langsung menuduh. Cermati siapa orang tersebut dan bagaimana hubungannya dengan Anda. “Tanggapan terhadap teman dekat tentu berbeda dengan kolega yang sering menjatuhkan Anda,” ujar Dr. Conrad. - Lihat ke Dalam Diri
Tanyakan bagaimana reaksi Anda jika mereka jujur sejak awal. Jika Anda sering marah saat mendengar kebenaran, orang bisa terdorong untuk berbohong agar menghindari konflik. - Catat Bukti
Jika merasa dimanipulasi atau digaslighting, tuliskan fakta dan bukti yang Anda miliki. “Dokumentasi membantu Anda tetap berpijak pada realitas,” kata Sgro. - Pikirkan Sebelum Menghadapi
Siapkan poin utama yang ingin disampaikan dan latihan berbicara agar tetap fokus saat emosi memuncak. - Tunjukkan Empati
Bisa jadi terjadi kesalahpahaman. Hadapi dengan niat baik dan beri kesempatan orang tersebut menjelaskan, saran Conrad. - Tetap Tenang
Kendalikan emosi agar tidak menyesali ucapan atau tindakan Anda kemudian. “Validasi perasaan Anda, tapi jangan biarkan kemarahan menguasai,” ujar Conrad. - Buat Batasan yang Jelas
Menetapkan batasan bukan berarti mengatur orang lain, melainkan melindungi diri Anda. Tentukan konsekuensi jika kepercayaan kembali dilanggar. - Luangkan Waktu untuk Pulih
Rasakan dan proses emosi Anda, entah melalui menulis jurnal atau berbicara dengan orang tepercaya. Untuk kebohongan besar, beri waktu bagi diri sendiri untuk tenang. - Konsultasi dengan Terapis
Terapi dapat membantu Anda memproses emosi dan menentukan arah hubungan ke depan. “Dalam kasus pasangan, terapi bisa menjadi sarana rekonsiliasi,” kata Sgro. - Berikan Kesempatan untuk Memperbaiki Diri
Jika orang tersebut menunjukkan tanggung jawab dan penyesalan, peluang memulihkan hubungan masih ada. Namun jika tidak, menjaga jarak bisa jadi pilihan terbaik. - Tetapkan Harapan yang Realistis
Tidak semua orang akan berubah. “Sadari batas kejujuran mereka dan atur peran mereka dalam hidup Anda,” tutup Conrad.
Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel WhatsApp Kaltim Expose Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.
