Sekolah Rakyat 57 Samarinda, Cahaya Harapan Baru bagi Anak Kurang Mampu

KaltimExpose.com, Samarinda –Subuh baru menyapa Jalan Untung Suropati, Kecamatan Sungai Kunjang, Samarinda. Dari barisan kamar asrama Sekolah Rakyat 57 Samarinda, suara langkah kecil terdengar bersahut. Anak-anak bergegas mengambil air wudu, lalu bersiap salat berjamaah. Bagi mereka, hari selalu dimulai dengan disiplin dan kebersamaan—dua nilai yang kini menjadi bagian dari hidup di sekolah rakyat.
Salah satu di antara mereka, Vidi, siswa kelas 7 SMP, tampak sumringah saat bercerita tentang rutinitasnya.
“Bangun jam empat, terus salat subuh, bersih diri, lalu makan pagi. Makan tiga kali sehari, kadang ada snack juga,” ujarnya polos.
Sebelum masuk sekolah rakyat, Vidi sempat berhenti sekolah beberapa bulan. Kini, ia merasa punya rumah baru. “Lebih enak di sini, belajarnya nyaman, banyak teman, ada AC-nya juga,” ucapnya dengan senyum lebar. Cita-citanya sederhana tapi teguh: “Insyaallah jadi TNI.”
Dilansir dari RRI Samarinda, Sekolah Rakyat 57 merupakan bagian dari program nasional Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka melalui Kementerian Sosial. Program ini ditujukan bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera—mereka yang berasal dari desil 1 dan 2—agar bisa kembali mengenyam pendidikan tanpa hambatan ekonomi.
Guru Bimbingan dan Konseling, Elsa Nadila, menjelaskan bahwa seluruh siswa diasramakan agar pembinaan karakter dan pembelajaran berjalan seimbang.
“Anak-anak kita ini diasramakan. Ada kegiatan berasrama, pembiasaan salat berjamaah, makan bersama, olahraga, dan pembinaan karakter,” terangnya.
Ia menambahkan, tenaga pengajar di sekolah ini datang dari berbagai daerah. “Sekitar 75 persen guru berasal dari Jawa, Bali, dan NTT. Kami semua berkomitmen membimbing anak-anak ini dengan sepenuh hati.”
Menurut Elsa, tantangan utama bukan pada akademik, melainkan pembentukan karakter. Banyak siswa datang dari keluarga tidak utuh atau belum terbiasa dengan rutinitas belajar formal.
“Masalah sosialnya cukup beragam. Ada yang broken home, ada yang belum bisa membaca. Tapi yang paling penting, mereka punya semangat. Itu jadi modal utama kami,” katanya optimistis.
Meski fasilitas masih terbatas, para guru tetap berinovasi. Agus Santoso, guru Pendidikan Jasmani, membuat alat olahraga dari bahan bekas.
“Karena sekolah ini masih baru, fasilitas olahraga terbatas. Jadi kami buat alat dari bahan seadanya. Yang penting anak-anak tetap aktif berolahraga,” ujarnya.
Setiap pagi setelah salat subuh, para siswa diajak senam atau jogging bersama. “Ada yang ikut klub futsal, ada yang suka atletik. Semangat mereka luar biasa,” imbuh Agus.
Bagi para guru, Sekolah Rakyat Samarinda bukan sekadar tempat mengajar, melainkan ladang pengabdian. Mereka berperan sebagai orang tua, pembimbing, dan sahabat bagi anak-anak yang datang dengan luka sosial.
“Kami ingin anak-anak ini merasa setara. Tidak ada yang tertinggal hanya karena lahir dari keluarga miskin,” tutur Agus.
Pemerintah pusat dan daerah kini tengah menyiapkan lahan permanen di kawasan SMA 16 Samarinda agar program sekolah rakyat ini bisa terus berlanjut. Kepala Dinas Sosial Kalimantan Timur, Andi Muhammad Ishak, menyebut bahwa Samarinda menjadi daerah pertama yang siap membangun sekolah rakyat secara fisik tahun ini.
“Langkah rintisan ini adalah bentuk nyata dukungan pemerintah untuk menekan kemiskinan dan memperluas akses pendidikan,” ujarnya.
Dari asrama sederhana di tepian Sungai Mahakam ini, Sekolah Rakyat 57 Samarinda tumbuh menjadi simbol harapan baru—tempat anak-anak dari pinggiran sosial kembali berani bermimpi, menembus batas ekonomi, dan menatap masa depan yang lebih setara.
Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel WhatsApp Kaltim Expose Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.