Tes EEG Fastball Mampu Deteksi Risiko Alzheimer Hanya dalam 3 Menit

Membaca gelombang otak dalam tes visual dapat mengungkap risiko Alzheimer. (yacobchuk/Getty Images – sciencealert.com)

KaltimExpose.com –  Tes Fastball EEG disebut mampu membantu mendeteksi gangguan memori terkait penyakit Alzheimer hanya dalam waktu tiga menit. Temuan ini memberi harapan baru untuk diagnosis lebih cepat tanpa prosedur yang mahal maupun invasif.

Dilansir dari ScienceAlert, para peneliti mengembangkan tes bernama Fastball EEG test yang berpotensi menjadi alat skrining dini Alzheimer. Tes ini menggunakan teknologi elektroensefalogram (EEG) untuk mengukur respons otak terhadap gambar yang ditampilkan secara cepat di layar.

Dalam prosedurnya, peserta diperlihatkan delapan gambar sederhana yang diminta untuk dikenali, tanpa perlu diingat. Selanjutnya, ratusan gambar ditampilkan dengan kecepatan sekitar tiga gambar per detik, dan setiap gambar kelima merupakan salah satu dari delapan gambar awal. EEG kemudian merekam aktivitas listrik otak guna mendeteksi sinyal pengenalan.

Hasil penelitian menunjukkan, otak orang sehat menampilkan respons pengenalan yang jelas. Sebaliknya, pada penderita gangguan kognitif ringan (MCI), terutama yang mengalami masalah memori (amnestic MCI), respons otak melemah. Kondisi ini dianggap sebagai indikator dini risiko Alzheimer.

Dalam studi yang melibatkan 106 peserta—54 orang sehat dan 52 penderita MCI—tes Fastball terbukti mampu membedakan kelompok sehat dengan mereka yang mengalami gangguan memori. Bahkan, saat penelitian diulang setahun kemudian, sebagian peserta dengan MCI berkembang menjadi demensia Alzheimer maupun demensia vaskular.

Menariknya, tes kognitif standar yang selama ini digunakan dokter tidak mampu mendeteksi perubahan awal tersebut. Sementara Fastball EEG menunjukkan sensitivitas yang lebih baik, meski masih terbatas karena jumlah sampel kecil. Dari 42 peserta yang menjalani tes ulang, hanya delapan yang berkembang menjadi demensia, sehingga para peneliti menekankan bahwa hasil ini perlu diuji lebih lanjut.

Keunggulan utama Fastball EEG adalah kecepatan dan kemudahannya. Tes hanya berlangsung tiga menit, tidak dipengaruhi suasana hati atau tingkat pendidikan pasien, serta bisa dilakukan di rumah maupun klinik umum. Hal ini membuatnya jauh lebih praktis dibanding tes kognitif atau pemindaian otak yang mahal dan invasif.

Meski demikian, para ahli mengingatkan bahwa tes ini belum bisa dijadikan alat diagnosis tunggal. Pasalnya, penelitian tidak mencakup kondisi lain yang juga menyebabkan gangguan memori, seperti depresi atau gangguan tiroid. Penelitian lanjutan dengan populasi lebih beragam masih diperlukan.

Selain Fastball EEG, para ilmuwan juga tengah mengembangkan tes darah yang bisa mendeteksi protein terkait Alzheimer hanya dengan satu tetes darah. Jika terbukti akurat, metode ini berpotensi merevolusi deteksi dini Alzheimer secara massal.

Kombinasi tes EEG cepat dan tes darah di masa depan diharapkan mampu menggeser fokus penanganan Alzheimer dari diagnosis terlambat menuju intervensi dini. Dengan begitu, pasien berisiko dapat lebih cepat melakukan perubahan gaya hidup, menjalani pemantauan medis intensif, atau memperoleh terapi pada tahap awal, ketika pengaruhnya masih signifikan.


Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel WhatsApp Kaltim Expose Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Iklan