Rekor Baru: Investasi Mobil Listrik China di Luar Negeri Lampaui Dalam Negeri, Capai US$16 Miliar

KaltimExpose.com – Investasi mobil listrik China, pabrikan EV, ekspansi global, pasar otomotif, dan baterai listrik mencetak sejarah baru. Untuk pertama kalinya, pabrikan mobil listrik asal Tiongkok lebih banyak menanamkan modal di luar negeri dibandingkan di pasar domestik sepanjang 2024, dengan nilai total mencapai US$16 miliar.
Dilansir dari Bisnis.com, laporan riset Rhodium Group mengungkapkan bahwa pabrikan mobil listrik (EV) asal Tiongkok untuk kali pertama menggelontorkan investasi luar negeri yang lebih besar dibandingkan realisasi di dalam negeri. Catatan sepanjang 2024 menunjukkan total investasi rantai pasok EV China di luar negeri mencapai US$16 miliar, sementara di dalam negeri hanya sekitar US$15 miliar.
Armand Meyer, analis riset senior Rhodium, menilai fenomena ini sebagai titik balik besar dalam strategi industri otomotif China. “Fakta bahwa investasi luar negeri sekarang melampaui investasi domestik mencerminkan pasar Tiongkok yang jenuh dan daya tarik strategis untuk berekspansi ke luar negeri demi imbal hasil yang lebih tinggi,” ujarnya.
Lonjakan ekspansi global ini dipicu kelebihan kapasitas produksi dan perang harga berkepanjangan di pasar domestik yang menggerus margin keuntungan. Selain itu, membangun pabrik di Eropa dan Amerika Serikat juga dianggap sebagai langkah untuk menghindari tarif dagang yang semakin memberatkan.
Sekitar tiga perempat dari investasi luar negeri datang dari produsen baterai. Nama-nama besar seperti Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL), Envision Group, dan Gotion High-Tech Co. ikut membangun ekosistem baterai listrik di luar negeri, menyusul jejak perusahaan global seperti Tesla dan BMW.
CATL sendiri menegaskan ekspansi internasional sebagai “prioritas utama” sejak Juni lalu. Sementara itu, BYD, produsen mobil terlaris di Tiongkok, telah memiliki pabrik di Brasil dan Thailand, serta tengah merencanakan fasilitas di Turki dan Indonesia. Di sisi lain, Chery Automobile Co. berkomitmen membangun pabrik kendaraan listrik senilai US$1 miliar di Turki.
Meski menjanjikan, ekspansi internasional bukannya tanpa hambatan. Proyek luar negeri umumnya membutuhkan biaya lebih tinggi, waktu konstruksi lebih panjang, serta menghadapi risiko regulasi dan politik. Data Rhodium menyebut hanya 25% proyek EV luar negeri yang berhasil diselesaikan, jauh di bawah tingkat penyelesaian 45% proyek domestik.
Bulan lalu, BYD bahkan menunda rencana pembangunan pabrik besar di Meksiko tanpa batas waktu akibat ketegangan geopolitik dan kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump. Sementara Svolt Energy Technology Co. justru membatalkan hampir seluruh investasi luar negerinya.
Ekspansi global ini juga menimbulkan dilema tersendiri bagi Beijing. Pemerintah Tiongkok khawatir transfer teknologi, hilangnya lapangan kerja, serta potensi deindustrialisasi bisa terjadi jika tren investasi keluar semakin tak terkendali. Hal ini bisa memicu kontrol yang lebih ketat terhadap aliran investasi asing ke depan.
Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel WhatsApp Kaltim Expose Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.