GLP-1 Turunkan Berat Badan dan Tingkatkan Testosteron: Alternatif Alami bagi Pria dengan Low T

Dalam studi baru, pengobatan GLP-1 seperti Ozempic dan Mounjaro membantu pria dengan obesitas atau diabetes tipe 2 mengatasi T rendah (everydayhealth.com)

KaltimExpose.com –Obesitas, low testosterone, dan diabetes tipe 2 kerap menjadi kombinasi masalah kesehatan pada pria dewasa. Namun kini, obat penurun berat badan berbasis GLP-1 seperti Ozempic dan Mounjaro menunjukkan manfaat ganda: tidak hanya membantu penurunan berat badan, tetapi juga mampu meningkatkan kadar testosteron pria. Studi terbaru mengungkap bahwa terapi ini bisa menjadi alternatif alami pengganti terapi testosteron.

Dilansir dari Everyday Health, studi terbaru yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Endocrine Society di San Francisco menunjukkan bahwa obat penurun berat badan berbasis GLP-1 tidak hanya membantu pasien mengontrol gula darah dan berat badan, tetapi juga dapat memperbaiki kadar hormon testosteron pada pria dengan obesitas atau diabetes tipe 2.

Shellsea Portillo Canales, MD, peneliti utama sekaligus fellow endokrinologi di SSM Health St. Louis University Hospital, menegaskan potensi manfaat GLP-1 untuk aspek kesehatan hormonal dan reproduksi pria.

“Studi kami menunjukkan bahwa terapi GLP-1 tidak hanya bermanfaat untuk mengontrol berat dan gula darah, tetapi juga meningkatkan kadar testosteron pada pria obesitas atau penderita diabetes — kelompok yang berisiko tinggi mengalami hipogonadisme,” jelasnya.

Dalam studi tersebut, tim peneliti menganalisis rekam medis elektronik dari 110 pria dewasa dengan obesitas atau diabetes tipe 2. Semua peserta mengonsumsi obat penurun berat badan berbasis GLP-1, seperti semaglutide (Ozempic atau Wegovy), dulaglutide (Trulicity), atau tirzepatide (Zepbound atau Mounjaro). Sekitar 70 persen di antaranya menggunakan semaglutide. Tidak satu pun dari peserta yang menjalani terapi hormon testosteron.

Selama periode 18 bulan, berat badan peserta turun rata-rata sekitar 10 persen—dari 116 kg menjadi 104 kg. Kadar testosteron total meningkat dari rata-rata 322 ng/dL menjadi 380 ng/dL (naik 18 persen), dan testosteron bebas naik dari 7 ng/dL menjadi 8,2 ng/dL (naik 17 persen). Jumlah pria dengan kadar testosteron normal pun melonjak dari 53 persen menjadi 77 persen.

Portillo Canales menekankan bahwa peningkatan kadar testosteron bebas lebih signifikan secara klinis, karena lebih mencerminkan status hormonal sebenarnya daripada testosteron total, terutama pada pria dengan indeks massa tubuh tinggi.

Namun, perlu dicatat bahwa studi ini merupakan analisis retrospektif, yang artinya berdasarkan data rekam medis yang sudah ada, bukan hasil dari uji klinis acak.

Menurut Dr. Arthi Thirumalai, pakar reproduksi pria dan kesehatan metabolik dari University of Washington, efek peningkatan testosteron dari GLP-1 disebabkan oleh penurunan berat badan, bukan karena obatnya langsung mempengaruhi hormon.

“Yang menjadi pendorong utama perbaikan hormon adalah penurunan berat badan, bukan obatnya,” ujar Thirumalai, yang tidak terlibat dalam studi tersebut.

Thirumalai menjelaskan bahwa obesitas bisa menurunkan testosteron karena sel lemak mengubah testosteron menjadi estrogen, serta mengurangi kadar protein pengikat hormon (SHGB) yang mengedarkan testosteron di tubuh. Selain itu, peradangan dalam jaringan lemak juga bisa memicu zat kimia yang menghambat produksi testosteron.

Banyak pria dengan low T, lanjutnya, mungkin lebih memilih penurunan berat badan ketimbang terapi pengganti testosteron karena dianggap lebih alami dan minim efek samping, seperti gangguan jantung, pembesaran prostat, dan sleep apnea.

Testosteron berperan penting dalam menjaga massa otot, kekuatan tulang, libido, dan kesehatan secara keseluruhan. Pada pria dengan obesitas dan diabetes, kadar testosteron rendah dapat memperburuk fungsi seksual dan fisik.

“Meningkatkan kadar testosteron dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi risiko kesehatan,” kata Portillo Canales.

Walau timnya belum meneliti efek jangka panjang terhadap kualitas hidup atau risiko kesehatan lainnya, ia berharap hal itu bisa diteliti dalam studi lanjutan.

Kesimpulannya, terapi GLP-1 seperti Ozempic dan Mounjaro berpotensi menjadi solusi alami bagi pria dengan low T akibat obesitas—tanpa perlu intervensi hormonal.

“Pria dengan low T akibat obesitas bisa mendapat manfaat tanpa perlu terapi pengganti testosteron, tetapi pengobatan tetap harus disesuaikan dengan kondisi individu,” tutup Portillo Canales.

 

Artikel ini telah tayang di everydayhealth.com.


Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk Gabung Channel WhatsApp Kaltim Expose Whatsapp Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Iklan