KaltimExpose.com –  Kesehatan otak seringkali diabaikan, apalagi oleh kalangan muda yang merasa tubuh mereka masih dalam kondisi prima. Namun, Dr. Baibing Chen, ahli saraf dari University of Michigan, mengingatkan bahwa sejumlah kebiasaan kecil di masa muda ternyata dapat meningkatkan risiko Alzheimer dan demensia di masa depan.

Dalam wawancaranya yang dikutip dari CNBC Make It pada Kamis (24/4/2025), Dr. Chen mengungkapkan tiga kebiasaan yang ia sesali karena berdampak buruk terhadap kesehatan otaknya.

1. Mendengarkan Musik Terlalu Keras

Mendengarkan musik lewat headphone dalam volume tinggi memang terasa seru, terutama saat berolahraga atau perjalanan. Namun, kebiasaan ini bisa menjadi awal dari kerusakan pendengaran permanen.

“Suara bising yang berlebihan dapat memicu gangguan pendengaran, kepekaan pendengaran, hingga tinnitus. Kerusakan pada sel-sel rambut koklea tidak dapat dipulihkan karena sel-sel ini tidak beregenerasi,” ujar Dr. Chen dikutip dari CNBC Make It.

Lebih lanjut, Chen menyebut bahwa gangguan pendengaran berkaitan erat dengan penurunan fungsi kognitif, karena otak harus bekerja ekstra keras memproses suara, yang membuat fungsi lain seperti memori terganggu.

Sebagai solusi, ia kini membatasi volume maksimal 60% dan waktu penggunaan headphone maksimal 60 menit per hari.

2. Kebiasaan Minum Soda Manis

Dr. Chen mengaku dulunya bisa menghabiskan satu hingga dua kaleng soda setiap pulang sekolah. Pola konsumsi ini dianggap wajar saat itu karena keluarganya belum menyadari risiko konsumsi gula tambahan secara berlebihan.

Menurut Chen, kebiasaan mengonsumsi minuman manis seperti soda sangat berbahaya karena:

“Pola makan tinggi gula berkontribusi terhadap resistensi insulin, peningkatan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular, peradangan kronis, serta penurunan kognitif,” jelasnya.

Dalam jangka panjang, hal ini juga bisa memperbesar peluang seseorang mengalami penyakit Alzheimer.

3. Kurang Tidur Berkualitas

Meski hidup sebelum era smartphone, Chen mengaku masa mudanya banyak dihabiskan dengan begadang menonton TV atau bermain game. Saat itu, ia belum paham pentingnya tidur yang cukup dan berkualitas.

Padahal, tidur memegang peran besar dalam fungsi otak, mulai dari konsolidasi memori, pembersihan limbah otak, hingga pemrosesan emosi.

“Saya berusaha untuk tidur selama 7 hingga 9 jam per malam. Sebagai dokter, hal ini tidak selalu mudah. Tapi saya percaya perubahan sistem dibutuhkan agar para tenaga kesehatan bisa mendapatkan istirahat yang layak,” kata Chen.

Kurangnya tidur berkualitas, jika berlangsung terus-menerus, bisa menimbulkan perubahan struktural pada otak, meski beberapa dampak masih bisa diperbaiki dengan memperbaiki kebiasaan tidur.

Tiga kebiasaan ini mungkin tampak sepele di usia muda. Namun, dampaknya bisa sangat besar dalam jangka panjang. Menjaga pendengaran, membatasi gula, dan tidur cukup adalah tiga langkah penting untuk menjaga kesehatan otak hingga usia lanjut.

 

Artikel ini telah tayang di detik.com.


Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk, ikuti Saluran Whatsapp Kaltim Expose dan google news Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Iklan