KaltimExpose.com –Dalam upaya menangani kasus serangan siber baru-baru ini yang menargetkan Pusat Data Nasional (PDN), nama Yohanes Nugroho muncul sebagai sosok yang bisa menjadi kunci pemecahan masalah. Yohanes Nugroho, seorang ahli reverse engineer yang handal, disebut-sebut dapat membantu mengatasi serangan tersebut. Namun, ironisnya, bantuan Yohanes justru ditolak oleh pemerintah. Siapakah Yohanes Nugroho sebenarnya?

Kisah tentang Yohanes Nugroho mencuat setelah disebut oleh pendiri Ethical Hacker, Teguh Aprianto, saat menjadi bintang tamu di Podcast Deddy Corbuzier. Teguh, yang dikenal sebagai seorang hacker sekaligus konsultan keamanan siber, mengungkapkan ketidakpercayaannya terhadap birokrasi pemerintahan dalam menangani kasus-kasus siber. Ia bahkan mengaku malas bekerja di lembaga pemerintahan karena adanya banyak konflik kepentingan di sana.

Dalam penuturannya, Teguh menjelaskan bahwa Yohanes Nugroho adalah seorang praktisi yang sangat ahli dalam bidang reverse engineering. Yohanes mampu membongkar aplikasi dan mengembalikan data yang hilang akibat serangan siber. “Kasus PDN kemarin ini, lembaga siber memanggil semua orang, termasuk company dan praktisi. Tapi lucunya, ada satu praktisi jago, orangnya tinggal di Thailand. Namanya Pak Yohanes Nugroho,” ungkap Teguh.

Yohanes Nugroho, yang tinggal di Provinsi Chiang Mai, Thailand, mengulurkan tangan untuk membantu Kominfo secara sukarela dalam menangani serangan ransomware LockBit 3.0 yang menyerang PDN. Yohanes bahkan hanya meminta sampel digital dari Kominfo untuk bisa mengembalikan data yang hilang. Namun, permintaan tersebut justru ditanggapi dengan sikap yang meremehkan.

“Dia (Yohanes) mau bantu secara sukarela. Karena dia menganggap, ada kemungkinan data-data ini bisa dikembalikan. Dia cuma butuh satu, sampel. Dia nyari sampelnya, dia minta tolong temannya, temannya minta ke orang Kominfo,” jelas Teguh. Namun, tanggapan dari pihak Kominfo justru mengecewakan. “Kominfo-nya malah ngebales, kalau orang sudah biasa reverse engineer pasti tahu kok nyarinya dimana. Lah gimana, orang butuh sampelnya di dalam, karena butuh file di dalam itu,” tambah Teguh dengan nada kesal.

Yohanes Nugroho, meskipun dikenal luas di kalangan praktisi industri siber, mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan dari pihak Kominfo. “Jadi enggak dikasih, udah gitu malah sotoy, bebal. Giliran ada orang mau bantu, malah kayak gitu. Ini orang terkenal jago, orang-orang di industri ini pasti tahu siapa beliau. Dia yang pengen membantu aja diperlakukan gitu. Kita kayak, waw, orang sekelas beliau (Yohanes) aja diginiin,” ucap Teguh.

Lantas, siapa sebenarnya Yohanes Nugroho? Berdasarkan informasi dari laman LinkedIn, Yohanes adalah seorang programmer senior yang memiliki pengalaman luas di berbagai perusahaan teknologi. Saat ini, Yohanes bekerja sebagai senior programmer di Geneus DNA, Chiang Mai, Thailand sejak tahun 2022. Sebelumnya, ia juga bekerja di LITIC Co.Ltd dari tahun 2007 hingga 2021, dan di Divusi dari tahun 2003 hingga 2005. Yohanes menempuh pendidikan S1 Informatika di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1998-2022 dan melanjutkan pendidikan master di ITB di jurusan yang sama pada tahun 2003-2006.

Yohanes Nugroho juga mengungkapkan pandangannya mengenai serangan ransomware yang menargetkan PDN. Dalam postingannya di LinkedIn, ia menjelaskan bahwa serangan tersebut melibatkan dua ransomware: LockBit di Windows yang menggunakan salsa20 dan Babuk di hypervisor ESXI yang menggunakan Sosemanuk. “Tanpa key sekalipun, ternyata data yang di-enkrip ransomware Babuk yang menyerang PDN bisa direcover,” tulis Yohanes di LinkedIn.

Terlepas dari pengalamannya yang luas dan kemampuannya yang luar biasa dalam bidang reverse engineering, bantuan Yohanes Nugroho justru diabaikan oleh pemerintah. Kasus ini mencerminkan betapa birokrasi dan sikap meremehkan terhadap ahli profesional bisa merugikan upaya penanganan serangan siber yang seharusnya bisa diatasi dengan lebih cepat dan efisien.

Kisah Yohanes Nugroho ini menjadi sorotan publik dan memicu perdebatan mengenai bagaimana pemerintah seharusnya menangani kasus-kasus siber dengan melibatkan ahli-ahli yang kompeten di bidangnya. Dalam dunia yang semakin terhubung dan rentan terhadap serangan siber, penting bagi pemerintah untuk bersikap lebih terbuka dan menghargai kontribusi dari para ahli yang ingin membantu demi kepentingan nasional.

 


Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk, ikuti Saluran Whatsapp Kaltim Expose dan google news Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Iklan