KaltimExpose.com –Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) kembali memangkas suku bunga acuannya, menempatkan Fed Fund Rate (FFR) pada kisaran 4,25%-4,5%. Langkah ini disertai sinyal jeda pemangkasan lanjutan pada tahun 2025, seperti disampaikan dalam pernyataan resmi Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), Kamis (19/12/2024).

“Aktivitas ekonomi terus berkembang dengan kecepatan solid, tingkat pengangguran tetap rendah, dan inflasi sedikit meningkat,” jelas FOMC.

Langkah ini menunjukkan kebijakan moneter The Fed semakin longgar setelah memangkas total 100 basis poin dari puncaknya di awal 2024. Namun, Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan kehati-hatian dalam mempertimbangkan penyesuaian lebih lanjut terhadap suku bunga.

Pengaruh pada Dolar AS

Keputusan The Fed memperkuat dolar AS, yang melonjak ke level tertinggi sejak 2022. Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS naik 0,9% pada Rabu lalu, sementara mata uang utama seperti euro, pound, dan yuan melemah tajam.

Indeks dolar AS mencatat kenaikan lebih dari 7% sepanjang 2024, menandai performa terbaik sejak 2015. Faktor utama penguatan dolar meliputi data ekonomi AS yang solid dan kebijakan moneter hawkish dari The Fed.

“Data ekonomi yang kuat dan sikap The Fed yang lebih hawkish mendukung reli dolar AS,” ungkap Skylar Montgomery Koning, analis valuta asing Barclays.

Real Brasil bahkan melemah sekitar 3% terhadap dolar karena kekhawatiran atas krisis fiskal. Indeks mata uang negara-negara berkembang juga turun 0,4%, mencapai titik terendah sejak Agustus 2024.

Prediksi Suku Bunga di 2025

The Fed mengindikasikan jeda penurunan suku bunga pada 2025 dengan menilai laju penurunan inflasi yang melambat. Berdasarkan proyeksi terbaru (dot plot), suku bunga diperkirakan mencapai kisaran 3,75%-4% pada akhir 2025, mencerminkan dua kali penurunan masing-masing sebesar 25 basis poin.

Imbal hasil obligasi AS melonjak menyusul keputusan ini, sementara harga emas tertekan karena suku bunga rendah biasanya mendukung logam mulia.

Paresh Upadhyaya, Direktur Amundi US Inc., menyebutkan bahwa kebijakan hawkish ini akan terus memperkuat dolar AS. Namun, beberapa analis Wall Street memperkirakan dolar AS akan mencapai puncaknya pada pertengahan 2025 sebelum mulai melemah, seiring kebijakan penurunan suku bunga global yang berpotensi memacu pertumbuhan ekonomi di luar AS.

 

Artikel ini telah tayang di bisnis.com.


Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk, ikuti Saluran Whatsapp Kaltim Expose dan google news Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Iklan