KaltimExpose.com –�Sakit kepala sering dianggap sebagai gangguan biasa yang dapat hilang dengan istirahat atau obat. Namun, bagi Tan Cheng Hui, wanita Singapura berusia 26 tahun, sakit kepala mendadak yang dialaminya pada Juni 2024 adalah tanda dari kondisi medis yang mengancam nyawa.
Saat menuju stasiun MRT Orchard, Tan merasakan nyeri hebat di kepala dan lehernya. Dalam waktu singkat, rasa sakit meningkat menjadi kelemahan di sisi kiri tubuhnya, disertai pusing, mual, dan sensasi “otak meledak.”
“Biasanya, saya memiliki toleransi yang tinggi terhadap rasa sakit, tetapi serangan ini sangat menyakitkan sehingga saya mulai menangis,” ungkapnya.
Awalnya, Tan mengira rasa sakit tersebut disebabkan oleh stres atau cedera lama. Namun, ketika gejalanya semakin parah, pacarnya segera membawanya ke unit gawat darurat. Dokter memberikan diagnosis mengejutkan: aneurisma otak pecah yang menyebabkan stroke hemoragik atau perdarahan otak.
Aneurisma Otak: Bahaya yang Tidak Terlihat
Aneurisma otak adalah tonjolan di pembuluh darah otak yang menyerupai balon. Dalam kasus Tan, tonjolan tersebut pecah, memicu perdarahan serius.
Menurut ahli bedah saraf Dr. Teo Kejia, aneurisma yang belum pecah sering kali tidak menunjukkan gejala dan hanya ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan kondisi lain. Namun, jika aneurisma membesar, dapat menekan jaringan otak, menyebabkan sakit kepala, gangguan penglihatan, atau nyeri wajah.
Pemindaian otak mengonfirmasi ruptur aneurisma Tan, dan Dr. Teo segera melakukan operasi darurat untuk menyelamatkan nyawanya. “Kami membuat lubang di tengkoraknya untuk memasang klip di dasar aneurisma, menghalangi aliran darah masuk ke dalamnya,” jelas Dr. Teo.
Jika tindakan tersebut tertunda, aneurisma bisa pecah lagi, yang kemungkinan besar akan berakibat fatal.
Dampak dan Perjalanan Pemulihan
Setelah operasi, Tan menghadapi tantangan besar. Dia tidak dapat berbicara atau berjalan selama berminggu-minggu. Bahkan, ingatan dan kemampuan komunikasinya sangat terpengaruh. “Saya tidak dapat mengenali nama saya sendiri atau mengingat nama ibu dan pacar saya,” kenangnya.
Butuh waktu sebulan untuk memulihkan fungsi motorik dan berbicara secara perlahan melalui fisioterapi dan rehabilitasi intensif. Aplikasi perpesanan dan alat daring menjadi penyelamat baginya untuk berkomunikasi.
Meski telah kembali ke aktivitas sehari-hari, Tan masih mengalami kesulitan mengingat dan mengungkapkan pikiran. “Saya sangat beruntung telah selamat dari ruptur aneurisma otak,” ujarnya penuh syukur.
Peningkatan Kesadaran akan Aneurisma Otak
Tan kini berbagi pengalamannya untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya aneurisma otak. “Saya adalah seseorang yang tidak memiliki masalah medis seperti tekanan darah tinggi, tidak memiliki riwayat keluarga, dan tidak merokok, tetapi saya tetap mengalaminya,” katanya.
Dokter mencatat bahwa tidak semua aneurisma membutuhkan perawatan. Keputusan untuk tindakan medis bergantung pada ukuran, lokasi, dan kondisi pasien. Namun, gejala seperti sakit kepala mendadak yang luar biasa harus dianggap serius dan segera ditangani.
Aneurisma otak bisa terjadi pada siapa saja, dan kesadaran akan tanda-tandanya sangat penting untuk mencegah risiko yang lebih besar.
Artikel ini telah tayang di detik.com.
Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk, ikuti Saluran Whatsapp Kaltim Expose dan google news Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.