KaltimExpose.com, Samarinda –�Bisa jadi masyarakat Kalimantan Timur tidak menyadari bahwa hingga pertengahan tahun 2024 ini, sudah ada 12 orang yang meninggal dunia akibat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Angka yang memprihatinkan ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur, Jaya Mualimin, yang mencatat bahwa jumlah korban terbanyak berasal dari Kabupaten Paser dengan 4 orang, diikuti oleh Kabupaten Kutai Barat dengan 3 orang, dan Berau dengan 2 orang.
“Untuk kabupaten kota lainnya ada satu orang seperti Samarinda, Balikpapan, PPU (Penajam Paser Utara), dan Bontang. Sementara untuk Mahakam Ulu, Kutai Kartanegara, dan Kutai Timur masih nihil,” jelas Jaya kepada Korankaltim.com pada Kamis (13/6/2024).
Sebagian besar kematian akibat DBD di Kaltim disebabkan oleh kurangnya kesadaran atau terlambatnya para pengidap DBD datang ke pusat pelayanan kesehatan. “Banyak pasien yang baru datang pada hari ke-3 atau ke-4 setelah terjangkit DBD, kondisi mereka sudah kritis dan sulit untuk diselamatkan,” ungkap Jaya.
Data terakhir menunjukkan bahwa kasus positif DBD di Benua Etam mencapai 3.896 kasus. Kabupaten Kutai Kartanegara mencatat jumlah kasus tertinggi dengan 1.355 kasus, diikuti oleh Balikpapan dengan 691 kasus, Kutai Timur 475 kasus, dan Kutai Barat 454 kasus.
Di Paser, kasus positif DBD mencapai 221 kasus, Samarinda 203 kasus, PPU 198 kasus, Bontang 150 kasus, Berau 92 kasus, dan Mahakam Ulu 27 kasus.
Jaya juga menyampaikan keprihatinannya terhadap masyarakat yang sering kali datang terlambat ke rumah sakit atau puskesmas. “Jika berkaca pada tahun lalu, banyak pasien yang datang ke pusat pelayanan kesehatan sudah dalam kondisi buruk dan diminta pulang, namun pada hari ke-4 mereka meninggal. Masyarakat harus memahami bahwa DBD memiliki risiko perburukan yang cepat, dan segeralah bawa ke pusat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan dari tim medis,” tambahnya.
Diagnosis dini merupakan kunci untuk menyelamatkan nyawa para penderita DBD. “Beberapa metode diagnosa cepat dan akurat bisa dilakukan, salah satunya adalah rapid test DBD yang tersedia di puskesmas terdekat,” kata Jaya.
Pentingnya kesadaran dan respons cepat terhadap gejala DBD tidak dapat diremehkan. DBD adalah penyakit serius yang memerlukan penanganan medis segera. Masyarakat diharapkan tidak menunda untuk mencari bantuan medis jika muncul gejala-gejala demam tinggi, nyeri sendi, dan tanda-tanda lainnya yang mengarah pada DBD. Pemerintah juga diharapkan meningkatkan kampanye kesadaran dan menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai untuk diagnosis dan pengobatan DBD.
Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan fasilitas kesehatan, diharapkan kasus kematian akibat DBD di Kalimantan Timur dapat berkurang dan lebih banyak nyawa yang dapat diselamatkan. “Jika kita semua bisa berperan aktif dalam pencegahan dan penanganan dini, kita bisa mengatasi ancaman DBD ini bersama-sama,” pungkas Jaya.
Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk, ikuti Saluran Whatsapp Kaltim Expose dan google news Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.