KaltimExpose.com –�Kasus penipuan deepfake yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah membuat bank di Eropa kehilangan sebesar US$35 juta pada tahun 2023. Lebih mengkhawatirkan lagi, aplikasi deepfake gratis kini semakin mudah diakses di Play Store, menambah potensi penyalahgunaan teknologi ini.
Apa Itu Deepfake?
Deepfake mengacu pada foto, video, dan audio palsu yang dihasilkan dari sumber asli dengan menggunakan AI. Konten ini tampak sangat mirip dengan aslinya, sehingga sulit untuk dibedakan. Awalnya, teknologi ini banyak digunakan dalam industri hiburan, misalnya untuk mengedit suara seseorang agar terdengar seperti sedang bernyanyi. Namun, seiring waktu, teknologi ini justru menjadi ancaman yang serius.
Menurut blog resmi VIDA, deepfake telah menjadi ancaman besar dalam dunia digital. Penelitian menunjukkan peningkatan jumlah video deepfake lebih dari 550% sejak 2019 .
Dampak Penipuan Deepfake di Indonesia
Penipuan deepfake telah berdampak signifikan pada dunia bisnis, termasuk di Indonesia. Berdasarkan laporan riset dari PT Indonesia Digital Identity (VIDA) dalam white paper berjudul “Where’s The Fraud: Protecting Indonesian Business from AI-Generated Digital Fraud,” deepfake mampu menciptakan video, audio, atau gambar palsu yang realistis untuk menipu dan mencuri identitas.
Sebanyak 55% bisnis di Indonesia mengalami kehilangan data dan informasi akibat penipuan deepfake, sementara 48% kehilangan kemitraan, 46% mengalami gangguan operasional, dan 45% mengalami penurunan reputasi perusahaan.
Seiring dengan semakin canggihnya penipuan, peniruan identitas (67%) dan serangan rekayasa sosial atau soceng (42%) menjadi semakin sulit untuk dideteksi.
Cara AI Mendeteksi dan Memerangi Deepfake
Untuk melawan ancaman ini, teknologi AI juga digunakan untuk mendeteksi dan memerangi deepfake. Berikut adalah beberapa cara AI bekerja dalam mendeteksi deepfake:
- Algoritma Pembelajaran Mendalam
Algoritma ini dilatih pada set data besar yang berisi media asli dan palsu untuk mempelajari perbedaannya. Hal ini memungkinkan AI untuk mengenali tanda-tanda manipulasi pada konten digital. - Deteksi Keaktifan
AI memastikan bahwa data biometrik berasal dari orang yang hidup dan bukan deepfake. Metode ini dibagi menjadi dua:- Deteksi Keaktifan Aktif: Mengharuskan pengguna untuk melakukan tindakan tertentu seperti berkedip atau tersenyum, yang sulit ditiru oleh teknologi deepfake.
- Deteksi Keaktifan Pasif: Menganalisis struktur wajah tanpa memerlukan tindakan khusus, untuk mendeteksi adanya manipulasi.
- Analisis Temporal
AI menganalisis konsistensi video untuk mengidentifikasi keberadaan deepfake dengan memeriksa urutan bingkai demi bingkai untuk mendeteksi anomali dalam gerakan dan transisi. - Analisis Forensik
AI menggunakan alat forensik untuk memeriksa artefak digital yang ditinggalkan oleh proses pembuatan deepfake. Alat ini mencari tanda-tanda manipulasi pada tingkat piksel.
Dengan semakin canggihnya teknologi deepfake, upaya untuk mendeteksi dan melawan penipuan digital ini harus terus ditingkatkan, baik melalui pengembangan teknologi AI yang lebih maju maupun melalui kesadaran dan kewaspadaan dari masyarakat luas.
Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk, ikuti Saluran Whatsapp Kaltim Expose dan google news Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.