KaltimExpose.com –Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan buka suara terkait dugaan aksi peretasan terhadap platform perdagangan aset kripto terbesar di Indonesia, Indodax. Peretasan ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengguna, meskipun CEO Indodax, Oscar Darmawan, memastikan saldo kripto dan rupiah para member tetap aman.

Kasus ini mencuat setelah platform keamanan Web3, Cyvers, melaporkan adanya aktivitas mencurigakan pada dompet digital yang terhubung dengan Indodax. Awalnya, Cyvers mendeteksi transaksi mencurigakan yang melibatkan aset senilai 14,4 juta dolar AS atau setara dengan Rp 221,98 miliar. Namun, dalam investigasi lanjutan, potensi kerugian direvisi menjadi 18,2 juta dolar AS, atau sekitar Rp 280,55 miliar, yang terjadi melalui lebih dari 150 transaksi.

Hey @Indodax, sistem kami mendeteksi sejumlah transaksi mencurigakan yang melibatkan dompet anda di jaringan yang berbeda,” tulis Cyvers melalui akun Twitter resmi mereka, @CyversAlerts, pada Rabu (11/9/2024).

Menanggapi laporan ini, Kepala Bappebti, Kasan, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima laporan terkait dugaan peretasan tersebut. Bappebti telah mengambil langkah dengan memanggil pihak Indodax untuk dimintai klarifikasi lebih lanjut.

“Kami juga telah memanggil pihak Indodax untuk meminta keterangan terkait kasus ini,” ujar Kasan, Kamis (12/9/2024). Ia juga menyatakan bahwa saat ini Indodax sedang melakukan investigasi menyeluruh untuk memastikan sistem kembali beroperasi dengan baik. Bappebti juga mengimbau para pelanggan Indodax agar tetap tenang dan tidak panik, meski penyelidikan masih berlangsung.

CEO Indodax, Oscar Darmawan, membenarkan bahwa sistem Indodax memang mengalami peretasan. Saat ini, perusahaan sedang melakukan perbaikan sistem (maintenance) dan investigasi menyeluruh untuk mengetahui penyebab dan dampak peretasan tersebut.

“Investigasi masih dilakukan. Kami akan memberikan update lanjutan setelah investigasi selesai,” kata Oscar kepada Kompas.com. Ia juga menegaskan bahwa meski peretasan terjadi, kerugian tidak dialami oleh para member, melainkan hanya berdampak pada aset perusahaan.

“Sistem member, baik saldo kripto maupun rupiah, tetap aman. Kerugian lebih terkait dengan treasury perusahaan,” jelas Oscar.

Kasus peretasan ini menimbulkan pertanyaan besar terkait keamanan sistem perdagangan kripto di Indonesia. Indodax, sebagai salah satu platform terbesar di Asia Tenggara, memegang tanggung jawab besar untuk menjaga kepercayaan para penggunanya. Bappebti, sebagai otoritas pengawas, dipastikan akan terus memantau perkembangan investigasi ini guna mencegah kejadian serupa di masa depan.

Meski demikian, upaya peretasan ini menjadi pengingat bagi platform perdagangan aset digital untuk terus memperkuat lapisan keamanan mereka. Teknologi blockchain dan kripto, meskipun memiliki reputasi sebagai sistem yang aman, tetap rentan terhadap ancaman jika tidak dilindungi dengan protokol keamanan yang ketat.

Artikel ini telah tayang di kompas.com.

 


Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk, ikuti Saluran Whatsapp Kaltim Expose dan google news Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

Iklan