KaltimExpose.com –�Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sekitar 830 juta orang di dunia menderita diabetes, mayoritas tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Penyakit ini menjadi ancaman serius, terutama diabetes tipe 2 yang dapat dicegah jika pola hidup sehat diterapkan sejak dini. Tak hanya diabetes, penyakit kardiovaskular juga menjadi penyebab utama kematian global, dengan lebih dari 17,9 juta nyawa direnggut setiap tahun.
Di Indonesia, prevalensi diabetes terus meningkat. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengungkapkan, “Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita diabetes melitus (DM) tertinggi ke-5 di dunia,” dengan 19,5 juta penderita pada 2021. Jumlah ini diprediksi melonjak menjadi 28,6 juta pada 2045 jika tidak segera ditangani.
Tak hanya diabetes, penyakit jantung juga menjadi ancaman besar. Berdasarkan data BPJS Kesehatan pada November 2022, biaya pengobatan penyakit jantung dan pembuluh darah menghabiskan hampir separuh anggaran kesehatan, yaitu Rp10,9 triliun untuk 13,9 juta kasus.
Hubungan Minuman Manis dengan Diabetes dan Penyakit Jantung
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Medicine mengungkapkan bahwa konsumsi minuman manis dapat menjadi penyebab signifikan meningkatnya kasus diabetes dan penyakit jantung di berbagai negara. Dipimpin oleh Tufts University, studi ini menemukan bahwa 2,2 juta diagnosis diabetes tipe 2 dan 1,2 juta kasus baru penyakit kardiovaskular setiap tahun berpotensi terkait dengan konsumsi minuman yang dimaniskan dengan gula.
Temuan Utama Penelitian:
- Kolombia mencatat tingkat tertinggi, dengan 48% kasus diabetes baru disebabkan oleh konsumsi minuman manis.
- Di Meksiko, hampir sepertiga kasus diabetes baru dikaitkan dengan minuman serupa.
- Secara keseluruhan, 24% kasus diabetes baru di Amerika Latin dan 21% di Afrika Sub-Sahara terkait dengan minuman manis.
- Negara seperti Afrika Selatan melaporkan bahwa 27,6% kasus diabetes dan 14,6% kasus penyakit jantung dikaitkan dengan minuman ini.
Menurut Profesor Dariush Mozaffarian, “Minuman yang dimaniskan dengan gula banyak dipasarkan dan dijual di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, sehingga risiko dampak kesehatannya lebih besar.”
Bahaya Minuman Manis
Minuman manis didefinisikan sebagai segala jenis minuman dengan tambahan gula dan lebih dari 50 kalori per porsi 8 oz. Contohnya meliputi soda, minuman energi, punch, limun, dan minuman buah. Meskipun memberikan rasa manis, minuman ini sering kali hanya sedikit memberi rasa kenyang karena rendahnya kandungan protein, serat, atau lemak.
Ahli diet Erin Palinski-Wade menjelaskan, “Minuman ini memicu lonjakan gula darah yang cepat dan konsumsi berlebihan karena kalorinya tinggi tetapi tidak mengenyangkan.” Akibatnya, risiko penambahan berat badan, resistensi insulin, dan lemak visceral (lemak perut) meningkat, yang semuanya berkontribusi pada diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
Pendekatan Global untuk Mengatasi Masalah
Para peneliti menyerukan pendekatan multi-cabang untuk mengurangi konsumsi minuman manis secara global, termasuk:
- Kampanye kesehatan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran.
- Regulasi periklanan, terutama yang menargetkan kelompok rentan seperti anak muda.
- Penerapan pajak minuman manis, seperti yang sukses dilakukan di Meksiko sejak 2014.
Menurut Laura Lara-Castor dari University of Washington, “Intervensi mendesak berbasis bukti diperlukan sebelum lebih banyak nyawa hilang akibat dampaknya terhadap diabetes dan penyakit jantung.”
Apa yang Bisa Dilakukan?
Meskipun penelitian ini bersifat observasional dan tidak membuktikan hubungan sebab-akibat, mengurangi konsumsi minuman manis adalah langkah yang baik untuk meningkatkan kesehatan. Langkah sederhana seperti mengganti minuman manis dengan air putih, teh tanpa gula, atau jus buah alami dapat membantu mengontrol gula darah dan mencegah risiko penyakit.
Peningkatan regulasi oleh pemerintah dan kolaborasi berbagai pihak juga diperlukan untuk membangun masyarakat yang lebih sehat dan mengurangi beban penyakit tidak menular di masa depan.
Artikel ini telah tayang di medcom.id.
Update Berita Kaltim gak harus ribet! Yuk, ikuti Saluran Whatsapp Kaltim Expose dan google news Kaltim Expose untuk dapetin informasi terbaru dengan cara yang mudah dan menyenangkan.