KaltimExpose.com, Tana Paser –Dalam riuh rendah perjuangan para ulama menyebarkan Islam di Bumi Kalimantan, Abu Mansyuh Indra Jaya, yang juga dikenal sebagai Abu Mansyur, mencatatkan namanya sebagai salah satu pahlawan dakwah Islam di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Perjuangannya tak hanya menjadi bagian penting dalam sejarah agama, tetapi juga meninggalkan jejak bersejarah yang terus dikenang hingga saat ini.

Saat pertama kali tiba di Kerajaan Sadurengas, Paser, Abu Mansyuh membawa batu-batu yang kemudian menjadi simbol penting dalam perjuangan dakwahnya. Batu-batu tersebut, yang dikenal dengan nama Batu Indra Giri, diletakkan di suatu tempat yang kini masuk wilayah Kecamatan Paser Balengkong. Meskipun berabad-abad telah berlalu, batu-batu itu tetap setia berada di posisi awalnya, menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang Islam di Kalimantan Timur.

Menurut Aji Jamil, seorang budayawan Paser, batu-batu tersebut merupakan bagian dari upaya Abu Mansyuh untuk menyebarkan Islam di tanah Paser. Dibawa pada abad ke-15 sebagai bagian dari misi diplomatik, batu-batu tersebut memiliki nilai simbolis yang besar dalam budaya penyebaran agama. Diceritakan bahwa dalam tradisi penyebaran Islam dari Kesultanan di Pulau Jawa, setiap utusan dakwah diberi bekal sebagai simbol perkembangan Islam di wilayah yang dikunjungi. Batu yang diletakkan akan menjadi tanda berdirinya sebuah kerajaan atau kesultanan di masa depan.

Namun demikian, jenis batu-batu tersebut belum teridentifikasi secara jelas. Meskipun begitu, kondisinya tetap utuh dan terawat, tanpa tanda-tanda kikisan atau ukiran yang tampak. Batu Indra Giri ini berdampingan dengan lima meriam kuno yang menjadi situs cagar budaya benteng pertempuran Kesultanan Pasir. Lima meriam tersebut, antara lain Sigentar Bumi dan Priuk Tana, merupakan saksi bisu dari kejayaan kemiliteran Bumi Paser pada masa lalu.

Meskipun cerita sejarah tentang asal muasal batu dan meriam ini masih menjadi misteri, keberadaannya menjadi bagian penting dalam melestarikan warisan budaya dan sejarah Islam di Kalimantan Timur. Hingga kini, tidak ada yang mengusik keberadaan batu bersejarah ini, dan kisahnya terus menginspirasi generasi baru untuk menghargai dan mempelajari lebih lanjut tentang perjuangan para ulama dalam menyebarkan agama Islam.

 

Ikuti berita menarik lainnya di saluran whatsapp dan google news Kaltim Expose

Iklan